Buang Susu, Salah Siapa?
LenSaMediaNews.com__Miris, Setidaknya 30 ton susu sapi segar terpaksa dibuang per hari gara-gara tidak terserap oleh Industri Pengolahan Susu (IPS). Hal ini diungkapkan 30-an pemasok dan pengepul susu saat mendatangi kantor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali (8/11/2024).
Peternak sapi membuang susu hasil panen lantaran ada pembatasan jumlah pengiriman susu ke industri pengolahan susu sapi. Pembatasan tak terlepas karena industri lebih memilih menggunakan susu impor. Selama ini kontrol dari pemerintah kurang, sehingga keran impor pun dibuka lebar.
Ditambah lagi adanya industri pengolahan susu yang gulung tikar karena rugi akibat beban pajak yang tinggi. Dalam kebijakan impor, diduga ada keterlibatan para pemburu rente untuk mendapatkan keuntungan dari impor susu. Inilah salah satu kebijakan buruk dalam sistem ekonomi kapitalisme, karena berpihak pada para pengusaha.
Negara seharusnya melindungi nasib peternak melalui kebijakan yang berpihak pada peternak. Baik dalam hal menjaga mutu maupun dalam menampung hasil susu dan lainnya. Impor susu seharusnya tidak menjadi solusi andalan pemerintah. Ketergantungan impor akan menjadikan negeri ini makin jauh dari kemandirian pangan.
Di sisi lain, kebijakan impor susu juga membebani APBN yang akan membuat negara tekor serta menguntungkan negara lain sebagai pengekspor susu ke Indonesia. Dengan kebijakan yang memudahkan impor susu, ketahanan pangan nasional Indonesia terancam. Begitu pula dengan kedaulatan pangan yang jauh dari harapan. Alih-alih berdaulat, negeri yang kaya dengan sumber daya alam malah mengimpor produk pangan dari negara lain.
Negara seharusnya secara mandiri memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada, sehingga mencegah merebaknya orang-orang yang mencari untung di tengah penderitaan rakyat. Kehadiran negara sangat dinantikan untuk menuntaskan masalah peternak sapi perah, karena sejatinya negara itulah yang memiliki peran terbesar di dalamnya.
Sejarah menunjukkan ketika negara berperan aktif maka sangat efektif untuk memulihkan berbagai jenis masalah sosial ekonomi, dan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga setiap masalah sosial ekonomi akan terselesaikan jika negara mengambil sistem ekonomi dari Sang Pencipta dan mengimplementasikan dengan baik dan benar.
Dr.Karmiladi, M.Kes. (Sengkang, Sulawesi Selatan)
[LM/Ss]