Ibu Bahagia, Generasi Terjaga
Oleh: El Nuha
Lensamedianews.com__ Puluhan ibu muslimah tampak menghadiri pengajian yang diselenggarakan oleh MT Mustami’ (Majelis Taklim Muslimah Pecinta Majelis Ilmu) pada Ahad, 27 Oktober 2024. Tema pada pagi hari ini adalah Ibu Bahagia Generasi Terjaga.
Ustazah Unung sebagai Pembina MT Mustami’ mengawali pemaparan materi dengan menyampaikan seperti apa orang yang bahagia menurut Al-Qur’an surat Hud ayat 108. Allah berfirman yang artinya: “ Dan adapun orang-orang yang berbahagia maka (tempatnya) di dalam surga; mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya.”
Adapun arti bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah keadaan pikiran atau perasaan senang dan tentram, bebas dari segala yang menyusahkan, dan beruntung. Dengan kata lain bahagia adalah keadaan mental yang senang, sehat, jauh dari segala kesusahan.
Karena pentingnya kesehatan mental ini maka ditetapkan tanggal 10 Oktober sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental.
Banyak kasus yang menunjukkan kesehatan mental bermasalah, terutama permasalahan kesehatan mental ibu, di antaranya kasus: Ibu rumah tangga di Bandung Barat tewas terperosok ke sumur dekat rumah. Diduga korban mengalami gangguan jiwa (Ayo Bandung.com). Atau ada pula kasus ibu bunuh anak kandung di Bekasi karena bisikan gaib terindikasi schizofrenia (Cerminan Kegagalan Deteksi Dini Kasus Gangguan Jiwa’ – BBC, 11 Maret 2024) dan masih banyak lagi kasus yang lainnya.
Ibu Ustazah Unung menyampaikan bahwa akar masalah yang menyebabkan banyaknya kasus kesehatan mental ini khususnya yang terjadi pada ibu yaitu adanya penerapan sistem demokrasi kapitalisme.
Dalam demokrasi terdapat empat kebebasan, salah satunya adalah kebebasan kepemilikan. Kebebasan kepemilikan ini yang menyebabkan kemiskinan, karena SDA yang diperuntukkan untuk umum diperbolehkan dikuasai individu asalkan memiliki modal. Pemilik modal tadi bisa menguasai dan memanfaaatkan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi. Jadilah yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Kemiskinan menyebabkan kekacauan yang imbasnya menyebabkan para ibu menderita. Jika ibu sudah menderita maka keluarga akan rapuh, generasi suram, dan akibat dari kemiskinan ini juga adalah kebodohan sistemik. Hal tersebut terjadi terus menerus sehingga membentuk lingkaran kesulitan yang tak berujung.
Kesulitan dan kehidupan sempit inilah disebabkan karena agama ditinggalkan. Allah telah menggambarkan dengan jelas pada firman-Nya dalam QS Thaha ayat 124 .
ومَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
Jadi kebahagiaan hidup terutama kebahagiaan ibu tidak akan pernah terwujud jika aturan Allah tidak diterapkan dengan kaffah.
Kebahagiaan ada dua macam:
1. Kebahagiaan majazi (Al -Lazzah): kebahagiaan duniawi, bersifat fana, singkat, sesaat.
2. Kebahagiaan hakiki (As-Sa’adah): kebahagiaan yang stabil dan berkepanjangan, yakni yang mengantarkan kebahagiaan akhirat.
Adapun kunci kebahagiaan hakiki yaitu bersyukur dan bersabar.
Bentuk syukur dan nikmat itu adalah iman dan Islam seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Bentuk syukur adalah melaksanakan Islam secara kaffah yang terdiri dari akidah dan syariah. Akidah berkaitan dengan ibadah. Syariah berkaitan dengan aturan.
Syariah dibagi tiga yaitu:
•Hablum minallah yaitu hubungan diri sendiri dengan Allah, yaitu shalat wajib, shalat sunah, puasa, haji, shadaqah, doa.
•Hablum binafsihi yaitu hubungan dengan diri sendiri yaitu berkaitan dengan dengan pakaian, makanan, minuman, akhlak.
•Hablum minannaas yaitu hubungan diri sendiri dengan masyarakat misalnya muamalah, pergaulan atau sosial, ekonomi, sanksi, militer, politik atau pemerintahan.
Cara bersyukur untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki yaitu:
•Dengan lisan
Mengucapkan hamdalah dan menjaga lisan
•Dengan hati
Senantiasa mengingatkan setiap nikmat yang diterima. Jika direnungkan nikmat Allah lebih banyak dibandingkan kepahitan hidup.
•Dengan perbuatan
Beraktivitas dalam kehidupan sesuai dengan yang Allah sukai : sesuai dengan syariat Allah. Menjalankan Islam secara kaffah
Mendakwahkan Islam
Hakikat bersyukur adalah melaksanakan Islam dengan kaffah dan mendakwahkannya. Menjalankan perintah Allah harus dengan bersabar karena banyak tantangannya.
Ustazah menjelaskan bahwa selain bersyukur untuk meraih kebahagiaan yang hakikipun kita pun harus bersabar. Bersabar dalam arti bukan hanya diam, menerima apa adanya tapi berusaha menghilangkan segala bentuk rintangan yang tidak sesuai dengan syariat Allah. Seperti yang disampaikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
”Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran” (QS Al-Asr : 3)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS Ali Imran : 200)
Kesimpulannya dari pengajian hari ini adalah:
•Kebahagiaan hakiki adalah kebahagian yang mengantarkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
•Bentuk syukur adalah dengan menjalankan Islam secara kaffah (taat syariah) dan mendakwahkannya dengan penuh kesadaran.
•Ibu bahagia dalam ketaatan kepada Allah secara kaffah akan memudahkan dalam penjagaan generasi