Manusia Membutuhkan Petunjuk-Nya

Oleh : Dika Lukita Sari

 

 

LenSa MediaNews__ Setiap mahluk di alam semesta ini adalah ciptaan Allah ta’ala. Sebagaimana sesuatu yang diciptakan, maka dia tidak akan mampu untuk untuk mengatur diri sendirinya. Apalagi mengatur alam semesta beserta seluruh isinya.

 

Syariat Islam diturunkan oleh Allah Sang Khalik berupa petunjuk pengaturan yang amat rinci. Agar segala yang ada di dalam jagat raya ini menjadi sebaik-baik mahluk-Nya. Firman-Nya “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan kepada Musa Kitab dan Furqan agar kamu memperoleh petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 53)

 

Penafsiran dari ayat ini bahwa Nabi Musa alaihis salaam diberi KitabTaurat. Di dalamnya dijelaskan perbedaan antara yang haq dan yang batil. Umat dituntun untuk senantiasa mengikuti petunjuknya agar menapaki jalan kebenaran dan tidak tersesat.

 

Sejatinya manakala petunjuk datang kepada kita, maka seharusnya umat Nabi Musa mensyukurinya. Sebab, ketika umatnya bermaksiat, Nabi Musa memaafkan dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Sedangkan pada generasi sebelumnya, ketika mereka melanggar perintah Allah, maka langsung Allah binasakan.

 

Sebagaimana Kitab Taurat, Al-Qur’an juga merupakan petunjuk yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Ketika mampu bersyukur, maka seorang hamba akan tertunjuki di jalan Allah. Sebaliknya manakala tidak mampu bersyukur, maka hidupnya jauh dari petunjuk-Nya.

 

Allah akan memberi petunjuk kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Seorang hamba yang mampu bersyukur, akan senantiasa menjadikannya dipilih Allah untuk mendapatkan petunjuk-Nya.
Bersyukur adalah wujud keimanan. Munculnya rasa syukur, membuat seseorang ringan dan bahagia ketika menjalankan perintah-Nya. Ketidakmampuan seorang hamba untuk bersyukur menunjukkan kesombongan. Sikap sombong dan tidak tahu diri menjadikan seorang hamba jauh dari petunjuk-Nya.

 

Sebagaimana firmanNya “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah [2] : 152)

 

Dalam Al-Qur’an pun telah dijelaskan bahwa orang beriman pun bisa melakukan kesalahan. Manakala dia sadar telah melakukan kesalahan, maka dia akan memohon ampunan-Nya. Dia bertobat dan mohon petunjuk-Nya agar dikembalikan ke jalan yang benar. Dia terus belajar di majelis ilmu untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

 

Sungguh ada dua pelajaran berharga bagi umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Yang pertama bahwa manusia selalu membutuhkan petunjuk-Nya. Petunjuk yang akan menuntunnya menapaki kehidupannya agar tidak tersesat.

 

Yang kedua adalah bahwa Allah Maha Pengampun. Seorang hamba yang tawadhu akan banyak memohon ampunan pada Allah di setiap waktunya. Sehingga Allah Yang Maha Pengampun akan senantiasa memberikan petunjuk padanya. Petunjuk yang akan mengembalikannya ke jalan yang benar manakala dia pernah salah menapaki jalan lain karena kekhilafannya. Maasyaa Allah, wallahu a’lam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis