Terkikisnya Esensi Pendidikan, Bukti Salah Asuh?

Oleh: Sunarti

 

LenSa Media News–Potret buram pendidikan kini merambah  daerah, termasuk kota kecil di provinsi Jawa Timur, yakni Ngawi. Hilangnya motivasi belajar siswa tergambar dari perilaku mereka yang memilih bolos sekolah dibanding mengikuti proses belajar di sekolah.

 

Sebut saja kasus puluhan pelajar Ngawi yang nekat bolos sekolah demi bisa merokok. Tak ayal, mereka pun terjerat razia oleh Polisi Satuan Pamong Praja (Satpol PP) saat nongkrong di warung. Seperti yang diberitakan di Radarmadiun.jawapos.com, Jum’at, 13 September 2024, sekitar pukul 09.00 WIB, Satpol PP  menggelar razia kepada para pelajar yang bolos sekolah di hari itu.

 

Mereka yang terjaring razia disebabkan bolos sekolah dan nongkrong di warung yang ada di jalan Podang, desa Beran, Ngawi. Dan hal ini dibenarkan oleh Kabid Ketentraman, Ketertiban Umum Masyarakat, Satpol PP Ngawi, Budiono.

 

Sering bergantinya kurikulum pendidikan yang tidak jelas tujuannya, semakin menambah rasa enggan bagi pelajar untuk menekuni tugas dan kewajibannya sebagai pelajar. Demikian pula kurikulum merdeka, menjadikan para pelajar berorientasi kerja.

 

Akhirnya tidak fokus terhadap materi ajar di sekolah, karena merasa sudah tidak membutuhkan. Buntut panjangnya adalah, mereka memilih bolos sekolah untuk sekedar nongkrong atau menyibukkan diri dengan game.

 

Sisi lain, karena berharap hanya bisa kerja, maka modal ilmu pengetahuan tidak lagi diprioritaskan. Memilih aktivitas yang menghasilkan uang, seperti membuka angkringan, bekerja di pabrik, bekerja di luar negeri setelah lulus dan atau bermain game serta membuat konten-konten yang dapat menghasilkan uang. Tak heran jika kebutuhan menuntut ilmu tidak lagi ada di kalangan pelajar.

 

Belum lagi, ketika ketertarikan terhadap belajar menurun, para pelajar kini minim adab. Selain lebih memilih kekerasan, terlibat tawuran, minuman keras, narkoba hingga kasus-kasus pembunuhan. Mereka juga lebih suka mengutamakan gaya hidup, seperti mengutamakan fun, food dan fashion. Maka lengkap sudah output pendidikan yang minim kwalitas dan minim kepribadian mulia.

 

Inilah bukti ketika negara menerapkan aturan yang tidak berstandar pada aturan Tuhan. Manusia cenderung rakus untuk mengumpulkan materi semata. Hal-hal yang tidak menghasilkan uang atau materi dihindari sedemikian rupa, sehingga tujuan hidup hanya untuk materi.

 

Inilah tabiat alam kapitalis-sekular yang tidak mau mengakui Sang Pencipta sebagai Sang Pengatur. Sekarang banyak yang menganggap keberadaan Sang Pencipta hanya sebagai Sang Khaliq saja. Wajar jika kehidupan dipisahkannya aturan Allah dari kehidupan ini. Terjadilah banyak kerusakan di tengah-tengah masyarakat, termasuk para pelajar.

 

Sistem sekular-liberal telah membuahkan kerusakan yang juga merambah dunia pendidikan memang tidak bisa dihindari. Karena telah tersistem secara rapi sebagai sebuah aturan. Melalui berbagai kebijakan pemerintah mulai dari sistem ekonomi, sistem pergaulan hingga sistem pendidikan. Tak ayal jika generasi muda yang diharapkan menjadi generasi yang beriman, tidak bisa terwujud.

 

Justru generasi muda yang lemah, mudah menyerah dan jauh dari Tuhannya. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, generasi yang berkepribadian Islam sungguh sangat diharapkan. Sayangnya, harapan ini, panggang jauh dari api.

 

Semua itu berbeda ketika sistem Islam diterapkan. Dengan menempatkan Allah sebagai Sang Pencipta dan Sang Pengatur, maka persoalan masyarakat, termasuk para pelajar akan bisa teratasi. Berbagai kejahatan juga akan terselesaikan dengan sistem hukum yang tegas dan memberikan efek jera.

 

Dalam sistem Islam, perekonomian yang berbasis kesejahteraan rakyat akan menopang segala kebutuhan dasar hidup masyarakat. Dengan demikian warga negara bisa mendapatkan penghasilan guna pemenuhan kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Negara memfasilitasi pekerjaan bagi kaum laki-laki untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga.

 

Dari sisi pengelolaan sumber daya alam (SDA), akan dikelola negara dan hasilnya akan disalurkan untuk kebutuhan fasilitas dan layanan pendidikan, kesehatan dan sarana penunjang (seperti laboratorium pemeriksaan penyakit, laboratorium pengembangan obat, dan lain-lain) serta fasilitas umum lain. Sehingga pendidikan akan dirasakan seluruh warga negara tanpa biaya yang mahal atau bisa digratiskan.

 

Dalam hal kurikulum pendidikan, negara menempatkan dasar keimanan sejak dini. Kurikulum pendidikan dalam Islam berbasis pada akidah Islam, sehingga menghasilkan output pendidikan yang taat kepada Allah SWT. dan RasulNya. Didasari pula atas kewajiban menuntut ilmu bagi muslim, sehingga dorongan untuk mendapatkan pahala lebih dominan. Selain itu, output pendidikan yang berkualitas serta bersyaksiyah Islamiyah akan terwujud dengan ditopang sistem Islam di sisi yang lain.Waallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis