Gentle Parenting, Solusi Bagi Keluarga Muslim?

Oleh: Irma Sari Rahayu

LenSa Media News_Muslimah_Tak bisa dipungkiri, zaman berkembang demikian cepat. Ilmu dan teknologi pun ikut berkembang, seiring dengan persoalan pengasuhan anak yang kian beragam. Kondisi ini sangat dirasakan oleh para orang tua hingga mereka pun terus mencari pola pengasuhan yang tepat bagi putera-puterinya.

 

Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. berkata: “Wahai kaum muslim, didiklah anak-anakmu sesuai zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu.” Sesuai dengan perkataan beliau, para orang tua pun mulai menyadari pentingnya ilmu parenting yang sesuai untuk diterapkan di era digital saat ini.

 

Mengenal Gentle Parenting

 

Pasca pandemi Covid-19, anak-anak mulai terbiasa dengan gawai. Berbagai aplikasi dan fitur pun telah akrab dan mengiringi tumbuh kembang anak. Sebut saja beberapa game baik online maupun offline, TikTok, Capcut, Youtube dll., telah menjadi sahabat anak-anak. Seakan menangkap keresahan orang tua, pakar parenting dan psikolog kemudian menyarankan gentle parenting sebagai solusi pola asuh yang tepat.

 

Sarah Ockwell-Smith seorang psikolog dan pakar parenting mengatakan bahwa gentle parenting berfokus pada membangun koneksi, adanya empati terhadap apa yang anak-anak rasakan, disiplin, perhatian, fokus pada pengajaran dan bimbingan serta ada batasan yang disesuaikan usia anak (haibunda.com, 11-01-2024).

 

Yang membuat gentle parenting berbeda dengan jenis pola asuh lainnya adalah tidak adanya bentuk reward dan punishment jika anak berbuat benar dan salah. Gentle parenting memfokuskan agar anak sadar dengan apa yang dilakukannya dan dampaknya bagi orang lain. Hal ini akan mendorong anak untuk memahami dan membuat pilihan yang lebih baik.

 

Dilansir dari Tempo.co (18-9-2024), psikolog anak dan keluarga Salma Elsener, juga merekomendasikan gentle parenting sebagai solusi pola asuh untuk tumbuh kembang anak di era teknologi. Menurutnya, teknologi juga turut memengaruhi tumbuh kembang anak. Di sinilah peran ibu sangat penting untuk memastikan anak tetap fokus di tengah gempuran informasi yang datang dari segala arah.

 

Pro dan Kontra Gentle Parenting

 

Harus diakui, setiap jenis gaya pola asuh terdapat keunggulan juga kelemahan. Tak berbeda dengan pola gentle parenting juga terdapat pro dan kontra atas pola asuhnya. Sebuah penelitian dalam London Journal of Primary Care memperlihatkan bahwa jika orang tua berinteraksi dengan lembut akan membangun jutaan koneksi saraf di otaknya. Ikatan positif antara orang tua dan anak, berpotensi menjadikan anak tumbuh menjadi pribadi mandiri, bahagia, dan tangguh.

 

Namun, ada pula yang tidak setuju dengan gentle parenting ini. Pola asuh ini dianggap tidak menumbuhkan disiplin yang baik, karena anak tidak diberikan pembelajaran disiplin yang cukup.

 

Parenting Ala Rasulullah dan Sahabat

 

Terdapat perbedaan mencolok dalam cara pandang parenting ala Barat dan Islam. Persoalan sulitnya mendidik anak-anak di era sekarang dipandang sebagai penyebab, sehingga harus ada pola asuh yang tepat menurut ilmu parenting Barat. Maka berbagai jenis pola asuh terus berkembang sebagai problem solver masalah pengasuhan.

 

Berbeda dengan Islam yang memandang persoalan pengasuhan justru adalah akibat. Penyebabnya adalah semakin jauhnya manusia dari tuntunan Allah. Diterapkannya sistem kapitalisme yang berasaskan dipisahkannya aturan agama dari kehidupan, dan kebebasan berperilaku mengakibatkan berbagai informasi bebas diakses tanpa batas.

 

Islam memiliki pola asuh yang khas dengan Rasulullah saw. dan para sahabat sebagai role modelnya. Penanaman akidah Islam adalah tahap paling fundamental dalam pengasuhan dan tak ada kesempatan bagi anak untuk memilih akidah yang diinginkannya. Orang tua berperan penting mengenalkan tauhid dan syariat Islam secara bertahap sesuai jenjang usia. Rasulullah saw. bersabda:

 

Dari Abu Hurairah Raaulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhati).

 

Jika dalam gentle parenting menerapkan tak ada kata larangan bagi anak, melainkan dialihkan dengan kata yang lebih positif, maka Islam sebaliknya. Kita akan dapati banyak ditemukan kata larangan dalam Al-Qur’an sebagai bentuk penegasan agar tidak dilakukan. Salah satunya adalah larangan menyekutukan Allah sebagaimana tercantum dalam surah Lukman ayat 31 yang artinya:

 

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

 

Yang paling penting dalam parenting adalah adanya dukungan sistem untuk menunjang keberhasilan pola asuh. Betapapun hebat pola parenting yang digunakan, jika anak masih terpapar dengan derasnya kemaksiatan, orang tua yang masih berjibaku mencari sesuap nasi karena tidak adanya jaminan kesejahteraan di era kapitalisme ini, sangat sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

 

Wallahua’lam. []

(LM/SN)

Please follow and like us:

Tentang Penulis