Muslim Rohingya Teraniaya, Hanya Khilafah yang Bisa Melindunginya


Oleh Nina Marlina, A.Md
Aktivis Muslimah

 

 

LenSa MediaNews__ Sedih dan perih melihat penderitaan saudara semuslim yang terus mengalami penderitaan. Selain rakyat Palestina yang masih terjajah, muslim Rohingya pun terus diburu dan diusir dari negerinya. Mereka hidup dalam kesulitan yang luar biasa.

 

Sebuah serangan drone menyerbu masyarakat Rohingya yang sedang melarikan diri dari Myanmar pada Senin, 05-08-2024. Diketahui, keluarga-keluarga Rohingya tersebut sedang menunggu untuk melintasi batas negara menuju Bangladesh. Sejumlah saksi menggambarkan, serangan itu membuat mereka yang selamat berjalan di antara tumpukan mayat demi mengidentifikasi kerabat mereka.

 

Mirisnya, di antara korban tersebut terdapat seorang perempuan yang sedang hamil besar dan anak perempuannya yang berusia dua tahun menjadi bagian dari korban serangan tersebut. Tiga orang saksi mengatakan kepada Reuters pada Jumat (9-8-2024) bahwa Pasukan Arakan adalah pihak yang bertanggung jawab terkait serangan tersebut. Namun pasukan pemerintah Myanmar itu membantahnya dan malah menyalahkan pihak milisi.

 

Mengerikan, sejumlah video yang beredar di media sosial menampilkan tumpukan mayat berserakan di tanah berlumpur, dengan koper dan ransel yang berserakan. Tiga orang yang selamat mengatakan ada 200 orang korban meninggal dunia, sementara seorang saksi selamat lainnya mengatakan dirinya melihat sekitar 70 mayat. Menurut Reuters, lokasi dalam video tersebut tampak berada di luar kota pesisir Maungdaw, namun tidak bisa mengonfirmasi secara independen lokasi video tersebut dibuat (CNN Indonesia, 11-08-2024).

 

Derita Rohingya Tiada Akhir

Kita tentu bertanya-tanya, sampai kapankah umat Islam khususnya Rohingya terus menderita? Padahal mereka telah tinggal di negerinya selama berabad-abad yaitu Rakhine, Arakan sejak abad ke-7 (788 M). Tetapi, sejak kelompok ekstrem Buddha dan junta militer Myanmar berkuasa, penderitaan muslim Rohingya mulai terjadi. Pada 1982, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang tidak menyebut etnis Rohingya di dalamnya. Alhasil mereka tidak memiliki identitas kewarganegaraan dan tidak berhak mendapatkan pelayanan apapun. Upaya genosida atau pemusanahan etnis terhadap mereka pun terjadi. Mereka disiksa, dibunuh dan dihancurkan desa-desanya.

 

Perbedaan latar belakang etnis dan agama, menjadikan warga Rohingya mengalami diskriminasi dan intoleransi. Kekerasan yang mereka alami di negerinya membuat muslim Rohingya terpaksa menjadi “manusia perahu”, berlayar terapung-apung berusaha mencari tempat yang aman khususnya di Asia Tenggara. Mereka ada yang sudah mengungsi ke Bangladesh, Thailand, Malaysia, dan Indonesia tepatnya di Aceh. Seringkali perahu mereka kelebihan kapasitas sehingga tenggelam di tengah lautan. Ada pula yang terkatung-katung sebulan di lautan bebas, tentu dengan perbekalan yang terbatas.

 

Mayoritas negara-negara di dunia tak peduli dengan penderitaan mereka karena mereka adalah muslim. Hal ini menunjukkan standar ganda yang nyata. Sungguh umat Islam menjadi terhina. Nasib mereka akan terus terpuruk selama tidak ada junnah atau pelindung sehingga kaum muslimin di manapun akan selalu ditindas, terlebih jika statusnya minoritas.

 

Khilafah Mengakhiri Penderitaan Muslim Rohingya

Sejatinya umat Islam adalah umat yang mulia dan terhormat sejak Rasulullah membangun negara Islam di Madinah. Kebaikan terus berlanjut hingga saat khilafah runtuh. Umat Islam bersatu dalam naungan khilafah yang memberikan perlindungan, keamanan dan kesejahteraan. Mereka tidak tidak terpisah atau disekat dengan nasionalisme. Pemikiran, perasaan dan aturan mereka satu yaitu Islam.

 

Alhasil ukhuwah mereka senantiasa terjaga. Tidak saling menyakiti dan menzalimi. Justru saling melindungi. Rasulullah saw. bersabda bahwa, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh ia menzalimi saudaranya itu.” (HR Muslim)

 

Dalam hadits yang lain, Rasululullah saw pun bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling mencintai dan saling menyantuni di antara mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian dari tubuh itu sakit, maka seluruh badan turut merasakan sakitnya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Muslim)

 

Seorang muslim tidak akan rela tatka saudaranya mengalami penderitaan. Ia harus berusaha menolongnya. Akan tetapi ketiadaan khilafah seperti sekarang telah membuat umat kehilangan pelindung. Umat Islam bagaikan hidangan yang dengan mudah disantap oleh kaum kafir.

 

Untuk itu, saatnya membangun kesadaran umat, islam dan umatnya mulia dalam naungan khilafah agar umat Islam kembali mulia, terjaga kehormatannya dan kembali berjaya. Namun, penyadaran ini membutuhkan keberadaan kelompok dakwah Islam ideologis. Maka, segeralah ambil bagian dalam perjuangan dakwah ini. Bukan hanya berpangku tangan. Jadilah kita sebagai bagian para penolong agama Allah yang akan menjemput pertolongan-Nya.
Wallahu ‘alam bishshawab.

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis