Program Sekolah Bumi, Mitra Geopark UNESCO

Oleh : Siti Wachidatun, S.Pd 

Guru 

 

LenSa Media News_Opini_Badan Pengelola Geopark Kebumen bekerja sama dengan Kebumen Geopark Youth Forum ( KGYF) mengadakan Program Sekolah Bumi. Program ini diikuti oleh 30 peserta di Batch 1 yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga. Namun mayoritas pesertanya adalah dari generasi muda. Menurut General Manager Badan Pengelola Geopark, Sigit Tri Prabowo program ini bertujuan untuk memunculkan mitra-mitra geopark yang dapat memberikan awareness tentang geopark Kebumen kepada masyarakat sehingga diharapakan masyarakat dapat berpola hidup selaras dengan nilai-nilai geopark ( Kebumen, Kebumenekspres.com; 26-06-2024).

 

Peserta nantinya akan mengikuti beberapa kegiatan untuk lebih memahami Potensi Geopark Kebumen yang terdiri dari 3 pilar yaitu Keanekaragaman Geologi, Keanekaragaman Biologi, dan Keanekaragaman Budaya.

 

Geopark Kebumen merupakan salah satu program yang didorong untuk pembangunan berkelanjutan dalam bidang budaya dan pariwisata dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan berbagai upaya yang tengah dilakukan seperti membangun jejaring di berbagai konferensi internasional untuk teken MoU. Namun selama ini masyarakat khususnya Kebumen belum memahami Potensi Geopark Kebumen. Padahal Geopark Kebumen sudah menjadi Geopark Nasional dan akan diusulkan menjadi Geopark Global UNESCO. Sehingga untuk memuluskan target pemerintah ini, maka diadakanlah Program Sekolah Bumi dan upaya lain seperti Geopark Goes To School.

 

Pengembangan Geopark dan destinasi wisata lainnya sejatinya menimbulkan dampak yang perlu kita waspadai bersama, diantaranya :

 

Pertama, pengembangan Geopark sejatinya hanyalah alat dan batu loncatan yang memiliki nilai ekonomi yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan. Pada akhirnya kita dibuat lupa pada potensi SDA yang dikuasai asing yang nilainya jauh lebih besar dari sektor pariwisata. Selain itu, pengelolaan SDA strategis seperti tambang emas dan batu bara juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan sektor pariwisata.

 

Kedua, pengembangan Geopark Global juga akan mengundang wisatawan asing. Sehingga akulturasi budaya menjadi hal yang tak bisa dihindarkan. Nilai-nilai Barat akan masuk menggeser nilai-nilai tradisional yang luhur.

 

Ketiga, pengembangan Geopark juga berpotensi menimbulkan kesenjangan ekonomi. Misalkan ada desa wisata yang memiliki pendapatan miliaran per tahun karena memiliki keindahan dan kekayaan alam yang bisa dieksplor.

 

Di sisi lain ada desa yang tetap miskin dengan pendapatan yang sangat rendah. Kita bisa berkaca pada Papua yang memiliki tambang emas dan destinasi wisata yang banyak tapi tetap belum bisa lepas dari bayang kemiskinan dan terbatasnya infrastruktur. Begitupula dengan Jawa Timur yang memiliki penduduk miskin yang begitu besar padahal Jawa Timur memiliki 154 destinasi wisata.

 

Kita pun patut bertanya, seberapa besar pengaruh pariwisata dalam menurunkan angka kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan rakyat? Lalu kemanakah hasil dari sektor pariwisata tersebut? Tentulah masuk ke kantong para investor. Karena merekalah pihak yang mengeluarkan dana besar untuk mengembangkan destinasi wisata seperti Geopark, taman Nasional, ekowisata, desa wisata dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak yang diuntungkan dari pengembangan Geopark tidak lain dan tidak bukan adalah investor yang telah menginvestasikan dananya.

 

Islam memandang bahwa kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa merupakan anugerah dari Allah SWT. Sehingga pengelolaannya juga harus sesuai dengan syariat. Dari aspek pembangunan, negara seharusnya lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur penting yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dsb.

 

Sedangkan dari aspek ekonomi Islam akan lebih memprioritaskan kemajuan ekonomi melalui sektor riil bukan dari pariwisata, sehingga di dalam Islam SDA dijaga pemeliharaan dan pemanfaatannya benar-benar untuk kemaslahatan umum, bukan dirancang untuk kepentingan orang-orang tertentu, asing ataupun aseng.

 

Dari aspek Pariwisata, Islam memandang bahwa objek wisata adalah sarana dakwah dan propaganda. Objek wisata berupa keindahan alam dan peninggalan sejarah. Objek wisata ini dipertahankan dan dijaga untuk memahamkan Islam kepada para wisatawan. Selain itu objek wisata juga mampu mengukuhkan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT, juga pengetahuan tentang Islam dan peradabannya. Dengan penerapan Islam akan tercipta harmonisasi antara alam, makhluk hidup dan kehidupannya.

 

Penerapan Islam Kaffah akan mendatangkan Rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Anbiya ayat 107:Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin)”. Wallahu a’lam bishowab

(LM/SN)

Please follow and like us:

Tentang Penulis