Insiden Ultah Berujung Maut
Oleh: Yanik Inaku
Komunitas Setajam Pena
LenSa Media News–“Happy Birthday to you”.”Selamat ulang tahun, semoga dengan bertambahnya usia menjadi lebih dewasa, panjang umur, dan semoga hari istimewa ini membawa berkah.”
Kita pasti sering sekali mendengar ucapan seperti ini ketika seseorang sedang ulang tahun. Bahkan sebagian orang mengangap ini adalah momen spesial yang harus dirayakan. Perayaannya pun dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memberikan kejutan kepada yang lagi ulang tahun dengan di guyur air, melumuri tepung, diberi kue ulang tahun. Banyak orang menganggap dengan memberikan kejutan ulang tahun untuk seseorang pastinya adalah momen yang membahagiakan. Tak jarang momen seperti itu pun diunggah di media sosial dan viral.
Niat hati ingin memberi kejutan ulang tahun untuk temannya, namun berujung dengan kematian. Cukup tragis ! momen yang seharusnya penuh keceriaan namun berujung maut hingga menewaskan Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten, berinisial FN (18) dan hal ini membuat siswa yang lain menjadi trauma.
Kejadian ini berawal saat FN yang diceburkan oleh teman-temannya ke kolam sekolah, justru tewas karena tersengat listrik. Dua temannya yang ikut menolong pun ikut menjadi korban namun masih selamat. Kasus ini akhirnya ditangani oleh pihak berwajib. Kapolsek Cawas AKP Umar Mustofa menyampikan ada saksi yang menerangkan bahwa kolam itu ada aliran listriknya (detikJateng, 9/7/2024).
Hedonisme Penyebabnya
Fenomena memberi kejutan saat ultah sudah menjadi tren bagi kalangan remaja sebagai bentuk eksistensi diri. Kehidupan hedonisme remaja sekarang cenderung lebih untuk bersenang – senang. Anggapan bahwa masa muda harus dihabiskan dengan kesenangan telah melekat kuat dikalangan remaja.
Terlebih lagi sistem kapitalisme mendukung hal itu. Pandangan hidup bahwa kebahagiaan adalah segalanya. “Hidup itu untuk dinikmati bro!” Menjadi slogan generasi sekarang, dengan meraih kesenangan materi, sesuatu yang bersifat semu dan sesaat, seperti berfoya-foya dan hura-hura jauh dari produktif.
Bahkan sering remaja sekarang dalam berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu. Padahal setiap perbuatan yang dilakukan semua akan dimintai pertanggungjawaban. Tanpa mereka sadari bahwa pemikiran ini adalah pengaruh dari pemikiran barat.
Budaya hedonisme adalah budaya barat yang lahir dari rahim kapitalisme yang memuja kebebasan berperilaku. Hal ini telah menjebak remaja dengan kesenangan semu. Di usia yang masih labil dalam proses mencari jati diri, terlebih di era globalisasi teknologi yang makin canggih, tontonan yang disajikan lebih pada makna hidup yang dipenuhi dengan hasrat utama untuk memenuhi hal-hal yang sifatnya kesenangan. Memuaskan gaya hidupnya dengan harapan eksistensinya diakui. Inilah jebakan palsu sistem kapitalisme.
Mencetak Generasi Cemerlang
Masa muda adalah masa yang sangat berharga dan tidak akan pernah terulang lagi. Namun, saat ini di sistem sekuler kapitalisme menjadi sumber masalah bagi generasi. Kurikulum pendidikan sekuler faktanya gagal mewujudkan generasi rabbani. Generasi muda makin rusak dan kian jauh dari akidah Islam.
Baca juga: Fenomena Bunuh Diri, Kesehatan Mental Terabaikan https://lensamedianews.com/2024/07/19/fenomena-bunuh-diri-kesehatan-mental-terabaikan
Berbeda halnya dengan pendidikan dalam Islam yang memadukan antara keimanan dengan ilmu kehidupan sehingga berpengaruh besar dalam setiap amal perbuatan. Pendidikan semacam ini akan mencetak generasi cemerlang yaitu generasi yang menjadikan Islam sebagai pembentuk karakter dan kepribadian mereka.
Generasi yang berkepribadian Islam pasti akan menghabiskan masa mudanya untuk hal yang lebih mendekatkan diri kepada Allah. Terikat dengan syariat islam, tidak hanya dengan kesenangan semata.
Dalam salah satu hadis disampaikan “Tidaklah beranjak pijakan kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya sampai ia ditanya tentang lima hal: tentang usianya, untuk apa dihabiskan, tentang usia mudanya, untuk apa ia gunakan, tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, serta tentang apa yang ia amalkan dengan ilmunya.” (HR. Tirmidzi)
Jadi hanya dengan pendidikan Islam yang akan mencetak generasi cemerlang, generasi unggul yang nantinya akan membawa pada peradaban Islam yang gemilang. Namun semua itu tidak akan terwujud di tengah – tengah sistem kapitalisme.
Hanya sistem Islam yang akan menyediakan pendidikan Isami yang berkualitas. Oleh karena itu sebagai panggilan keimanan layaknya berjuang mewujudkan tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiyah agar sistem islam bisa diterapkan di dalam kehidupan kita.Wallahualam bissawab. [LM/ry].