Marak Bunuh Diri, Nyata Kapitalisme Gagal

Oleh: Ratu Ummu Yahya

 

LenSa Media News–Maraknya kasus bunuh diri di indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menyita perhatian di banyak kalangan.

 

Makin Marak

 

Kasus bunuh diri keluarga dilaporkan terjadi di wilayah penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). Dalam insiden itu, empat orang diduga melompat dari apartemen tempat tinggal mereka. Mereka disebut berasal dari satu keluarga yang sama. polisi masih menyelidiki kejadian itu (kompas.com, 10/3/2024).

 

Seorang perempuan ditemukan meniggal di bawah jembatan Tunggulmas, Kecematan Lowok Waru, Kota Malang, Jawa Timur (6/5/2024). Kejadian-kejadian mengenaskan tersebut sebetulnya hanya sebagian kecil dari kasus bunuh diri yang mencuat ke permukaan.

 

Sumber Masalah

 

Maraknya kasus kekerasan dalam keluarga, termasuk filisida, kasus bunuh diri, pencobaan bunuh diri, maupun bentuk-bentuk kriminal lainnya, menunjukkan bahwa kondisi masyarakat saat ini sedang dalam keadaan tidak baik baik saja.

 

Kehidupan yang makin sulit, baik secara ekonomi maupun sosial, diduga kuat menjadi pemicu utama terjadinya fenomena gangguan kesehatan mental, mulai dari stres, depresi, halusinasi, bipolar, hingga kegilaan yang menjadi penyebab terjadinya berbagai tindakan buruk atau kekerasan yang berujung pada bunuh diri.

 

Kita lihat saja. Sistem politik hari ini jelas-jelas disetir oleh kekuatan modal, hingga lahirlah kebijakan-kebijakan zalim yang anti rakyat. Sistem ekonominya sangat eksploitatif dan diskriminatif hingga membuat kemiskinan merajalela dan gap sosial makin lebar.

 

Siapa pun tahu bahwa kemiskinan erat kaitannya dengan problem-problem sosial lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan yang rendah, hingga berdampak pada turunnya kualitas SDM yang memperparah kemiskinan di masa depan. Di tengah keberagamaan yang lemah, kemiskinan juga akan memengaruhi mental emosional masyarakat hingga membuka celah terjadinya berbagai tindak kriminalitas. ini semua tentu akan membentuk lingkaran setan yang sulit dipecahkan.

 

Sistem sosialnya yang jauh dari nilai-nilai kebaikan sehingga pola relasi dan gaya hidup makin rusak. Kehidupan dipenuhi spirit individualistis, materialistis, hedonistik, dan penuh persaingan. perilaku pun sangat minim adab, serta rentan dengan konflik horizontal. alhasil ketahanan individu, struktur keluarga, dan masyarakat pun makin lama makin rentan.

 

Kondisi ini diperparah dengan penerapan sistem-sistem lainnya, seperti sistem hukum yang lemah, sistem pendidikan yang makin sekuler, sistem budaya makin bebas, dan aturan media massa yang sangat longgar. Ini karena negara sekuler liberal tidak mau terlibat dalam urusan moral.

 

Ini semua menunjukkan pada kita bahwa peradaban yang hari ini tegak, tidak bisa membawa pada kebaikan dan jika di biarkan terus menerus yakni peradaban yang gagal mensupport akal dan fitrah, sampai pada gagal melahirkan kehidupan yang lebih baik bagi generasi. Alhasil, tidak ada sedikit pun kebaikan darinya.

 

Butuh Solusi Hakiki

 

Dengan apa yang terjadi hari ini membuka mata kita bahwa berharap pada kapitalisme sekuler dalam kebaikan adalah ilusi semata. Karena peradaban yang sedang tegak hari ini lahir dari sistem yang menafikan peran Sang Pencipta dalam pengaturan kehidupan manusia.

 

Pada saat yang sama, peradaban ini sangat mengagung-agungkan akal manusia yang serba lemah dan terbatas. Wajar jika kehidupan menjadi kacau dan manusia makin jauh dari kebahagiaan hakiki yang ingin diraihnya.

 

Saatnya umat Islam harus segera kembali mengambil Islam sebagai sistem hidup, yang pernah tegak selama belasan abad serta membawa mereka pada kemuliaan Sejati. Sistem itu tidak lain adalah Sistem Islam yang dipastikan akan mengeliminasi semua stressor, bahkan menjadi support system bagi kesehatan mental masyarakat.

 

Hal ini niscaya, karena akidah yang menjadi asas kehidupan mereka merupakan akidah yang lurus, sesuai akal dan fitrah manusia hingga menenteramkan jiwa. Akidah ini menjadi bekal ketahanan mental yang membuat umat islam siap menghadapi ujian-ujian kehidupan.

 

Di sisi lain, aturan Islam lahir dari akidah yang ditegakkan oleh Penguasa, dan ditopang oleh seluruh rakyatnya, sehingga akan mampu mewujudkan semua nilai yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan.

 

Islam mengharuskan negara untuk hadir dalam pengurusan semua urusan rakyatnya. Sampai semua rakyat tanpa terkecuali mampu merasakan hidup yang tenang dan damai. Islam meminimalisir gangguan kehidupan misal karena ekonomi karena aspek ini pun juga dijamin oleh negara.

 

Alhasil, semua tuntutan yang lahir dari potensi yang dimiliki manusia yaitu, akan, naluri, dan jasmani, bisa terpenuhi dengan sempurna dengan aturan Islam yang ditegakkan oleh Negara. Wallahualam bissawab. [LM/ ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis