Gagal Merawat Kesehatan Mental
Lensa Media News, Surat Pembaca- Saat ini banyak sekali mencuat kasus depresi yang berujung pada kasus bunuh diri. Seiring semakin pelik permasalahan kehidupan yang dihadapi, tanpa tau bagaimana menyelesaikannya membuat sebagian masyarakat yang putus asa akhirnya memutuskan bunuh diri.
Salah satu contoh kasus di Ngawi pada hari senin, tanggal 30 juni 2024 seorang bapak memilih gantung diri karena hidup sendiri dan merasa diabaikan oleh anak kandungnya.
Kita pasti sangat miris ketika mendengar hal itu. Sangat disayangkan makin banyaknya kasus bunuh diri ini menunjukkan lemahnya mental masyarakat kita. Mengapa semua ini bisa terjadi? Seperti kita tahu bahwa di dalam kehidupan kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan membuat masyarakat kita mengalami krisis keimanan.
Banyak masyarakat yang ketika dihadapkan pada suatu masalah larinya pada hal-hal yang negatif bahkan sampai bunuh diri. Hal ini menunjukan lemahnya iman masyarakat kita.
Sistem kapitalisme memandang bahwa kebahagiaan hakiki adalah semua yang diinginkan bisa terpenuhi. Begitu pun saat ini kita melihat banyak anak yang abai kepada orang tuanya. Lebih memilih memasukkan orang tuanya ke panti jompo bahkan banyak yang menelantarkan orang tuanya sendiri. Padahal sudah kewajiban anak untuk merawat, menghormati orang tua. Namun, di sistem kapitalisme semua itu terabaikan.
Islam mengajarkan birul walidain sebagai bentuk berbakti pada orang tua. Dengan demikian orang tua akan mendapatkan kebahagiaan. Selain berbuat baik kepada orang tua, juga harus bertutur kata sopan serta mendoakannya. Dalam sebuah hadis disampaikan, “Jika anak Adam meninggal, maka amalannya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah atau wakaf, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang berdoa kepadanya,” (HR Muslim).
Jadi hanya dengan penerapan sistem Islam kafah dalam naungan khilafah semua itu akan terwujud. Keimanan seseorang akan terjaga. Mereka akan menjadikan anak yang berakhlak baik.
Yanik Inaku
[LM, Hw]