Hilangnya Peran Ibu di Dunia Sekuleris
Oleh: Ayin Zahira
Lensa Media News – Labuhan Akhir untuk Buah Hati
Ibu, ibu adalah sosok yang tak mampu kita gambarkan. Karena beliau adalah orang pertama dan orang terakhir yang menjadi labuhan kita sebagai anak. Entah bagaimana pengorbanan ibu kepada anaknya, mulai melahirkan, membesarkan, merawat, mendidik dengan penuh cinta dan kasih. Karena seorang ibulah banyak lahir manusia-manusia hebat di dunia ini. Namun sekarang karena ibu pula, banyak generasi yang tidak sesuai harapan bangsa dan Negara. Ya, banyak sekali kejadian-kejadian di luar nalar kita sebagai ibu yang waras. Pelecehan seksual kepada sang buah hati kini sedang menjadi tranding topik di media.
Iming-iming Harta Anak Jadi Trauma
Kasus pembuatan video vulgar bersama anak kandung marak akhir-akhir ini. Sejauh ini, total ada dua ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Adapun, mereka adalah AK (26) dan R (22). Kepada polisi, mereka mengaku nekat melakukan hal itu karena terpedaya iming-iming dari teman Facebook atas nama Icha Shakila.
Terkait hal ini, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengimbau kepada masyarakat untuk lebih bijak pada saat menggunakan media sosial.
“Himbauan untuk masyarakat agar tidak terjadi lagi kejadian serupa, agar berhati-hati dan waspada, serta jangan mudah percaya, tergiur dan terjebak oleh janji-janji manis ataupun iming-iming diberikan uang dalam jumlah besar, namun harus melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum, agama, dan sosial di masyarakat,” kata Ade Safri dalam keterangannya, Minggu (9/6/2024).
Ade Safri mengatakan, hal itu karena berdasarkan hasil penyidikan modus dari para pelaku biasanya menawarkan pekerjaan dengan iming-iming gaji besar kepada calon target. (Liputan6.com/09/06/2024)
Waktu Bisa Bergulir
Hari demi hari akan terlewati, karena waktu yang terus bergulir. Namun apakah luka bisa terobati? Bagaikan dihantam petir hati ini saat mendengar, melihat berita berseliweran di media sosial tentang pelecehan anak yang terjadi berulang dalam waktu dekat. Entah setan apa yang merasuki ibu dari anak yang menjadi korban tersebut. Kata miris pun tak mampu menyandang pelaku tindak pelecehan.
Orang tua terutama ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Di mana anak ada copy paste dari ibu dan ayahnya. Namun, jika yang menjadi panutan pertama sudah rusak, bagaimana selanjutnya nasib generasi penerus.
Orang tua pula yang semestinya menjadi pelindung jika anak mendapati guncangan dari luar. Namun, bagaimana jika pelindung itu malah menjadi bomerang baginya? Astagfirullahaladzim. Hanya saja, di sistem saat ini, peran ini pun sudah mulai memudar. Sosok yang seharusnya melindungi malah memberikan keburukan dan kerusakan. Sosok yang seharusnya menjaga malah merusak.
Inilah gambaran kehidupan saat ini. Setiap orang hampir kesulitan untuk menjalankan perannya. Bahkan, ibu tak mudah untuk menjalankan perannya. Karena himpitan peliknya kehidupan, anak pun dikorbankan atas nama uang. Demi materi yang fana belaka.
Ini juga akibat dari buruknya sistem pendidikan di sistem sekuler saat ini. Pendidikan yang tak mampu untuk mengarahkan setiap orang dalam menjalani perannya dengan baik dan maksimal. Pendidikan yang tak mampu untuk menciptakan generasi gemilang yang memberikan manfaat bagi orang lain.
Islam Memandang
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia sekaligus dengan aturannya. Lengkap komplit tanpa kurang satupun. Begitu pun dalam kasus pelecehan anak yang di mana pelakunya adalah ibunya sendiri. Islam memiliki pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia untuk berperan sesuai dengan fitrahnya. Pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan dengan ketakwaan. Seorang pemimpin keluarga wajib untuk memberikan ilmu agama kepada anggota keluarganya. Di mana negara yang berwenang memberikan fasilitas untuk mengemban ilmu agama dengan mudah.
“Sesungguhnya para ulama, atau orang-orang yang memiliki ilmu agama itu adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (harta). Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak (menguntungkan).” (H.R. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud). Karena memang ilmu agama adalah penentu sikap perbuatan kita.
Islam juga memiliki sistem ekonomi yang baik, termasuk kemmpuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan untuk mencari nafkah. Sehingga tidak ada para pencari nafkah yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
Dan untuk menerapkan semua kewenangan-kewenangan yang akan mensejahterakan bangsa ini kita butuh Negara Islam sebagai pelaksana syariat-syariat Islam. Yang di mana syariat Allah sudah pasti menentramkan dan mensejahterahkan umat. Wallahualam.
[LM/nr]