Bencana Berulang, Butuh Mitigasi Komprehensif

Oleh: Sumiati (Aktivis Muslimah)

 

 

LenSa MediaNews__Tidak ada satu orang pun di antara kita yang pernah berharap ditimpa musibah. Sungguh menyayat hati, bencana demi bencana terjadi beruntun akhir-akhir ini di berbagai pelosok negeri. Dilansir dari BBC News Indonesia (13/5/24), korban jiwa dalam banjir bandang dan lahar di Sumatera Barat mencapai 59 orang, tim penolong masih mencari puluhan orang yang dilaporkan hilang.

 

 

Di wilayah Indonesia lainnya, luapan banjir Lalindu setinggi 2 meter melanda Desa Sambandase, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konowe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Banjir tersebut membuat jalan Trans Sulawesi Utara lumpuh total. Menurut Kepala Bagian Operasi (KBO) Satlantas Konawe Utara, Ipda Zulfikri, sebanyak 30 persen personil diterjunkan untuk mengamankan warga dari banjir tersebut (cnnindonesia.com, 15/5/24).

 

Terjadinya bencana di berbagai tempat bisa karena alam ataupun ulah tangan manusia. Bencana yang berulang dan memakan banyak korban menunjukkan kebutuhan akan adanya upaya mitigasi komprehensif. Terjadinya bencana erat kaitannya dengan kebijakan pembangunan oleh negara yang eksploitatif dan memberikan dampak buruk bagi masyarakat sekitar.

 

Dalam hal bencana di Kabupaten Tanah Datar, salah satu hal yang memperparah bencana tersebut adalah pembangunan ilegal di Lembah Anai yang telah diubah menjadi tempat wisata yang ramai. Padahal, Lembah Anai merupakan kawasan hutan lindung dan cagar alam. Kini, daerah tersebut menjadi kawasan rawan banjir. Begitu pula banjir parah di Kabupaten Konawe Utara disebabkan penggundulan hutan. Hutan yang berada di wilayah Konawe banyak ditebang untuk kegiatan pertambangan nikel.

 

Sejatinya terjadinya bencana bukan hanya karena faktor alam saja, seperti curah hujan yang sangat tinggi. Akan tetapi, faktor hubungan antara manusia dengan Rabbnya sebagai pemilik alam semesta ini juga sangat penting untuk dikaji ulang dan diperhatikan. Saat ini masyarakat hidup di tengah-tengah sistem kapitalisme dan sekulerisme yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan. Kehidupan dibangun atas asas untung dan rugi, tanpa memperhatikan melanggar perintah Allah SWT atau tidak.

 

Sistem sekuler juga mencetak generasi yang jauh dari agama, terutama Islam. Tak heran jika sekarang banyak manusia yang lebih memilih hukum buatan manusia dibanding hukum Allah SWT.  Allah SWT berfirman dalam QS Al-Maidah: 50, “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki (hukum)siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang orang yang meyakini agamanya.”

 

Pandangan Islam

Pembangunan dalam sistem Islam diterapkan dengan memperhatikan kebutuhan rakyat dan menjaga kelestarian alam. Kebijakan pembangunan dalam Islam tidak eksploitatif ataupun deskturuktif. Mitigasi komprenhensif akan mampu mendorong langkah antisipasif, sehingga mencegah jatuhnya korban dan memperkecil dampak kerusakan.

 

Pembangunan di dalam sistem Islam diterapkan dengan memperhatikan kebutuhan rakyat dan penjagaan kelestarian alam. Keduanya diperhatikan tanpa ada yang diabaikan. Negara menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat pada aspek ekonomi sekaligus penjagaan lingkungan karena keduanya bagian dari riayah (pengurusan) negara terhadap umat. Kebijakan pembangunan dalam sistem tidak eksploitatif maupun desktruktif karena berdasarkan pada panduan Ilahi.
Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf:48)

 

Untuk itu umat butuh junnah (pelindung) yaitu negara yang menerapkan aturan Allah SWT. Negara ini akan mampu mewujudkan mitigasi yang komprehensif, sehingga mampu mendorong langkah antipasif. Beberapa hal yang diatur dalam Islam adalah mengatur pengambilan hasil hutan agar sesuai dengan rasio yang memperhatikan kelestarian alam, mengoptimalkan pengawasan hutan, menggalakkan penghijauan, dan mengawasi kondisi sungai.

 

 

Negara tidak menjadikan sektor pariwisata sebagai pamasukan utama kas negara. Negara juga memberikan sanksi yang tegas kepada oknum yang merusak alam. Demikianlah keseriusan negara dalam Islam. Negara akan melakukan mitigasi bencana, sehingga bisa mencegah terjadinya bencana dan meminimalisasi jumlah korban. Allah SWT telah berjanji akan mendatangkan keberkahan bagi umat yang taat kepada syari’at Islam, sesuai dengan firman Allah,

Dan sekiranya penduduk negri beriman bertaqwa, pasti kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat kami, maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf :96)

 

Begitulah Islam dengan aturan yang menyeluruh akan mampu menyejahterakan dan melindungi rakyat dari bencana. Islam menjaga keharmonisan lingkungan tetap stabil dan terjaga dari kerusakan. Sudah saatnya negeri ini berpaling dari aturan manusia menuju aturan yang datang dari Allah Swt., yaitu dengan menerapkan Islam secara kaffah agar terwujud kemaslahatan umat.
Wallahu a’lam bishawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis