Menjaga Takwa Selepas Ramadan
Oleh: Oni Pratiwi Anggraeni
(MIMم_Muslimah Indramayu Menulis)
LenSaMediaNews.com__Ustadzah Wiwing Noraeni, menyampaikan materi di salah satu video dari channel YouTube Muslimah Media Center (MMC) pada Jumat (12-04-2024), dalam rubrik Kuntum Khaira Ummah, bertema: ‘Menjaga Takwa Selepas Ramadan.’
Di awal video beliau menyampaikan kutipan ayat ke 110 dalam surat Ali Imran: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Selanjutnya, beliau menyampaikan bahwa sudah satu bulan kita melakukan ibadah di bulan suci Ramadan. Semua ibadah di bulan Ramadan adalah untuk menambah ketakwaan kita, terlebih puasa Ramadan. Karena puasa Ramadan ini disyariatkan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang bertakwa.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 183: “Hai orang-ornang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”
“Namun sayangnya selepas Ramadan, ada di antara umat Islam yang tidak mampu menjaga takwa. Sehingga yang tadinya pas Ramadan mudah sekali diingatkan, mudah untuk menjalankan ketaatan, maka setelah Ramadan menjadi sulit taat lagi. Ketika Ramadan berusaha untuk tidak maksiat, maka setelah Ramadan, kembali maksiat lagi.” Ungkap ustazah Wiwing, menunjukkan keprihatinan beliau.
Untuk itu, ustazah Wiwing pun ingin memberikan cara agar kita bisa menjaga takwa setelah Ramadan. Namun sebelum membahas mengenai caranya, ustazah menyampaikan bahwa kita harus memahami terlebih dahulu apa itu ‘takwa’.
Beliau melanjutkan, bahwa Imam Hasan mengatakan: “Orang yang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang Allah haramkan atas diri mereka. Sekaligus melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan kepada mereka.” (Imam At-Thabrani)
Kemudian Rasulullah SAW, bersabda: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun, kapan pun dan bagaimanapun.” (HR. Tirmidzi)
Jadi, bagaimana cara kita agar tetap takut dan menjaga ketaatan kepada Allah setelah Ramadan? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Kita harus membangun cara berpikir yang benar berkaitan dengan takwa. Taat kepada Allah bukan hanya dalam perkara spiritual atau ritual, tapi harus taat kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Juga bukan hanya saat Ramadan saja, tapi di sepanjang hayat.
2. Harus meluruskan niat untuk taat kepada Allah demi mencari rida Allah, bukan rida manusia. Bukan karena takut kepada orang tua, atasan, teman, atau manusia siapa pun.
3. Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amal wajib dan sunnah. Benar-benar mengupayakan untuk melaksanakan yang wajib, seperti menutup aurat, menuntut ilmu, berdakwah, melaksanakan salat wajib, berbakti kepada orang tua, taat pada suami, dsb. Lalu menambah dengan amalan sunnah, misalnya puasa sunnah di bulan syawal, senin-kamis, puasa Daud, dll.
4. Men-dawamkan atau merutinkan amalan yang sudah biasa kita lakukan saat Ramadan. Seperti: Tadarusan dan tilawah Al-Qur’an, salat malam, dsb.
5. Berusaha untuk terus menuntut ilmu (thalabul ‘ilmi). Supaya tahu mana perkara yang wajib, mana yang haram.
6. Berusaha bersama dengan orang-orang yang baik, yakni jama’ah yang mengajak kepada kebaikan dan mendakwakan Islam.
7. Memohon kepada Allah agar diberikan keteguhan iman. Ada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, agar Istikamah dalam agama: “Yaa muqollibal quluubi tsabbit qolbii ‘ala diinik.” (Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).
8. Harus selalu ingat untuk senantiasa mencari akhirat, sedang dunia hanya sebatas jangan ditinggalkan. Sesuai yang Allah sebutkan dalam QS. Al-Qashash ayat 77.
Pesan pamungkas dari ustazah: “Ketika kita benar-benar menjadikan akhirat sebagai tujuan, maka itu akan membuat kita senantiasa berusaha untuk Istikamah dalam amal-amal kita, sehingga kita dapat menjalankan ketaatan kepada Allah selepas Ramadan. Dengan demikian kita bisa tetap menjadi Khaira Ummah atau umat yang terbaik.”
Wallahu a’lam bish-shawab. [LM/Ss]