Tabrakan Kereta Api, Minimnya Mitigasi Mewujudkan Transportasi Aman
Oleh: Shafiyyah AL Khansa
Lensamedianews.com– Kabar duka kembali menyelimuti transportasi Indonesia dengan adanya tabrakan antar Kereta Commuter Line Bandung Raya dengan Kereta Api (KA) Turangga pada Jum’at (5/1). Kecelakaan tersebut terjadi di Km 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Jawa Barat di jalur kereta tunggal (single track).
Banyaknya kecelakaan kereta api yang ada di negeri ini disebabkan oleh banyak faktor baik human error atau system error. Pada kasus kecelakaan kereta kali ini Djoko Setijowarno wakil ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah (MTI) Pusat mengungkapkan bahwa sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunakan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik, yang berdampak pada perbedaan pengoprasiannya. Begitu pula dengan pernyataan Pakar transportasi di Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono menyebutkan bahwa tabrakan yang terjadi di Cicalengka, rentan terjadi jika muncul masalah sinyal ataupun kesalahan manusia.
Jika diteliti lebih lanjut maka salah satu hal yang menjadi penyebab kecelakaan kereta tersebut adalah akibat dari infrastruktur yang sudah menua dimana seharusnya faktor penyebab yang demikian bisa dilakukan upaya mitigasi sehingga masyarakat bisa mendapatkan jaminan keamanan dalam transportasi. Namun hal tersebut hanyalah ilusi dalam negara yang menerapkan sistem kapitalisme, karena telah terbukti gagal.
Kapitalisme mewujudkan paradigma penguasa kepada rakyat adalah bisnis yang menjadikan orientasi keuntungan menjadi landasan kebijakan sehingga mudah saja untuk mengabaikan nyawa rakyat. Walaupun pada jalur kecelakaan tersebut pemerintah tengah berupaya untuk menambah jalur menjadi jalur ganda namun demikian aspek keselamatan tidak pernah disebut sebagai tujuan utama pembangunan melainkan perpendekan jalur tempuh kereta dan naiknya angka penumpang.
Berbeda dengan Islam dalam sistem yang menerapkan Islam kaffah yakni Khilafah jaminan transportasi yang aman, nyaman, serta murah bukan sekedar impian akan tetapi nyata terwujud di tengah-tengah masyarakat. Hal ini karena pemimpin dalam Khilafah memiliki “mafhum ra’awiyah” yaitu sebuah pemahaman bahwa diri mereka adalah pelayan atau pengurus bagi rakyatnya yang akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan di akhirat kelak. Hal tersebut tentu berbeda dengan penguasa sistem kapitalisme yang hanya bertindak sebagai regulator kebijakan para pemilik modal.
Khilafah terwujud sebagaimana hadits Rasulullah Saw: “Pemerintah adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR.Bukhari)
Dalam hal transportasi maka hal ini tidak terlepas dari tujuan pembangunan infrastruktur dalam Islam yakni untuk mewujudkan kemaslahatan umat yang memudahkan dan tidak membahayakan umat. Oleh sebab itu moda transportasi yang dibangun dalam Khilafah harus aman, nyaman, dan murah bahkan gratis. Dengan demikian akan terwujud sebuah masyarakat yang sejahtera. Wallahu’alam bishowab. [LM/UD]