Peringatan Hari Guru 2023: Antara Euforia dan Realitas Generasi Rapuh
Oleh : Widya Soviana
(Dosen dan Pemerhati Masalah Sosial Masyarakat)
Lensa Media News- Peringatan Hari Guru tahun 2023 dengan tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar,” memunculkan pertanyaan mengenai realitas yang dihadapi oleh generasi saat ini. Meskipun perayaan ini seharusnya mencerminkan kesuksesan pendidikan, kenyataannya adalah fakta generasi yang rapuh, terpapar dalam sistem pendidikan negara ini. Pergaulan bebas, perilaku bully, kriminalitas, dan tingginya angka bunuh diri masih menjadi sorotan utama dalam berbagai laporan media berita.
Dalam kasus narkoba, pelajar kini menduduki peringkat keempat setelah karyawan swasta, buruh, dan sopir, seperti yang dilaporkan oleh goodstas.id pada 18 Agustus 2023. Anak-anak di bawah umur seringkali dimanfaatkan sebagai kurir dalam peredaran narkoba, sementara pengaruh tren dan pergaulan turut menjadi penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam candu narkoba.
Sistem liberalisme dan sekularisme yang terakomodasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan, cenderung menciptakan perspektif yang menjauh dari nilai-nilai agama. Oleh karena itu, relevankah perayaan merdeka belajar jika euforia tersebut sejalan dengan tren dan nilai-nilai yang mendorong prilaku yang menyimpang di kalangan pelajar?
Kasus bunuh diri sendiri di kalangan remaja telah menjadi sorotan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa gangguan mental menjadi penyebab utamanya (viva.co.id, 17/08/23). Dr.dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ, dalam berita VOA tanggal 18 Maret 2023, mempertanyakan berbagai faktor yang mungkin berkontribusi pada peningkatan kasus bunuh diri, termasuk sistem pendidikan, situasi pembelajaran, beban tugas yang berat, atau faktor internal dari remaja itu sendiri. Sejumlah lembaga, seperti Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Jawa Tengah, telah mengambil langkah konkret dengan memberikan pendampingan dan edukasi untuk memahami permasalahan psikologi remaja, dengan harapan dapat menekan kasus bunuh diri di kalangan generasi strawberry ini (Jateng.anataranews, 18/1/23). Mungkinkah, ini akan membuahkan hasil yang berarti?
Semestinya dapat dipahami bahwa berbagai permasalahan yang terjadi di kalangan remaja disebabkan tidak adanya kegiatan pencegahan maupun solusi ketika menghadapi permasalahan kehidupan. Generasi yang dianggap rapuh sekarang ini terdidik oleh budaya global dari berbagai media sosial. Kurikulum pendidikan dengan pendekatan merdeka belajar nyatanya tidak cukup menjawab tantangan dalam sistem kehidupan dan pergaulan remaja.
Pandangan Islam terhadap sistem pendidikan berbeda dengan pendekatan lainnya. Dalam perspektif Islam, tujuan utama pendidikan adalah membentuk shaksiyah (kepribadian) Islam pada peserta didik. Landasan berfikir Islam menciptakan pola sikap yang sesuai dengan ajaran Islam. Contohnya dalam konteks bunuh diri, Islam menyatakan bahwa tindakan ini adalah haram dan dosa. Pandangan ini dapat mencegah individu untuk memilih jalan mengakhiri hidupnya ketika dihadapkan dengan permasalahan kehidupan.
Kepribadian Islam juga memberikan kemampuan kepada individu untuk mencari solusi yang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran agama dalam mengatasi segala problematika kehidupan. Oleh karena itu, sistem pendidikan Islam dianggap sebagai pendekatan yang shahih dan relevan untuk diterapkan dalam kurikulum pendidikan, karena tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam.
[LM/nr]