Kisruh Beras: Stok Aman tapi Harga Mahal
Lensa Media News, Surat Pembaca- Nasib 98,5% masyarakat Indonesia kini harus menerima kenyataan bahwa beras sebagai makanan pokok yang dikonsumsinya setiap hari harus didapatkan dengan harga yang mahal. Bagaimana tidak, harga beras terus saja naik bahkan mencapai rekor tertinggi jika dibandingkan dengan harga yang sebelumnya. Panel Harga Badan Pangan (13-10-2023) menyebutkan bahwa harga beras premium mencapai angka Rp15.040/kg dan harga beras medium di angka Rp13.240/kg.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal mengungkapkan bahwa Bulog akan menambah impor beras 1,5 juta ton guna menstabilkan harga beras di pasar. Ungkapan tersebut disambut baik oleh Cina yang menyatakan siap untuk guyur Indonesia dengan 1 juta ton beras. Sementara itu, Presiden RI, Jokowi dalam kunjungan panen raya Indramayu menjamin bahwa stok beras aman.
Masyarakat pada dasarnya tidak mau direpotkan dengan ungkapan aman atau tidak amannya stok beras, yang terpenting adalah kemudahan dalam mengakses beras dengan harga terjangkau. Di sisi lain, kenaikan harga ternyata tidak hanya terjadi pada komoditas beras saja, melainkan juga gula, cabai, bawang, daging, telur, dan minyak goreng (Tirto, 12-10-2023). Alhasil, masyarakat makin sulit memenuhi kebutuhan makan. Jangankan makan sesuai pedoman gizi seimbang anjuran kementerian kesehatan, bisa makan kenyang pun menjadi hal yang patut disyukuri oleh masyarakat.
Dalam Islam, negara adalah raa’in (pengurus rakyat) dan junnah (perisai) untuk masyarakat. Negara berkewajiban menjamin pemenuhan kebutuhan pangan individu per individu. Selain itu, negara juga akan memastikan tidak ada individu yang kelaparan. Hal tersebut mampu dicapai karena negara menerapkan mekanisme pengelolaan dan kebijakan politik ekonomi berdasarkan Islam. Dengan demikian, masyarakat akan mudah dalam memenuhi kebutuhan. Masyarakat juga akan mampu mengakses beras dan bahan makanan lain dengan harga terjangkau.
Fina Siliyya
[LM, Hw]