Memahami Konflik Sudan dan Intervensi Amerika
Oleh: Anastasia, Spd.
LenSa Media News – Sejatinya Sudan merupakan negara di benua Afrika yang menerima Islam dengan jalan damai. Matahari di Sudan kala itu terik, namun tak menghalangi kabilah kaum muslim untuk menyelamatkan aqidah mereka. Terjalnya batu dan sulitnya medan gurun pun tidak menjadi masalah bagi mereka, asalkan mereka bisa memeluk agama Allah tanpa rasa takut. Itulah wilayah Sudan yang diberkahi Allah melalui raja Najasyi yang telah melindungi umat Islam dari kejaran kaum kafir Mekah.
Sejarah masuknya Islam di Afrika bermula pada hijrah para sahabat ke Habasyi dan mendapatkan sambutan baik dari raja Najasyi dan penduduk setempat. Estafet perkembangan Islam semakin kuat dan tidak pernah padam, apalagi sejak Sudan berada di bawah Turki Utsmani mulai abad 16 dan dibawah kekuasaan Mesir sejak tahun 1822.
Ketika kekuasaan Islam menaungi wilayah Sudan, kondisi Sudan stabil, karena Islam datang dengan jalan kedamaian bukan paksaan. Sejarah membuktikan ketika Islam masuk tidak ada genosida etnis atau pun pemaksaan agama. Padahal di waktu yang sama Sudan merupakan wilayah yang multi etnis, dan berbagai agama.
Islam merupakan agama yang disebarkan di Sudan melalui aktivitas dakwah yang mengajak dengan kebaikan. Dakwah dengan kasih sayang tidak pernah memposisikan keyakinan yang bertentangan, intimidasi, sebagai sumber konflik dan perpecahan. Sentuhan dakwah Islam yang pertama terjadi pada peristiwa hijrah para sahabat ke Habasy.
Semenjak kehancuran kekuasaan Islam di Turki, wilayah kaum muslim di seluruh dunia mengalami kondisi yang tidak stabil. Barat dari awal sudah memposisikan bahwa kekuasaan Islam adalah ancaman yang harus segara digantikan dengan ideologi mereka. Transisi pergantian ideologi ini mengakibatkan konflik berkepanjangan tak terkecuali di Sudan saat ini. Seperti adanya bentrokan antara militer dan pasukan paramiliter utama Sudan sejak Sabtu (15/4) lalu telah menewaskan sedikitnya 185 orang dan melukai 1.800 lainnya (CNN Indonesia Selasa, 18 April 2023).
Latar belakang konflik adalah perebutan kekuasaan. Perpecahan atas nama kekuasaan lahir dari sejarah panjangnya kolonialisme, warisan penjajahan barat yang terjadi di Sudan pasca hilannya supermasi Islam di kancah internasional. Kolonialisme yang dibangun di Sudan telah lama mengakibatkan munculkan ikatan yang rendah dalam mempertahan identitas untuk kekuassan. Hal senada diuraikan oleh peneliti kajian konflik Afrika Katherine Noel pada Council on Foreign Relations, 14 September 2016 mengutarakan, bahwa konflik terjadi karena adanya kumpulan milisi, yang masing-masing diorganisir atas dasar kesetiaan pribadi kepada komandannya pada dasarnya, serta unit-unit bersenjata berbasis etnis.
Keterlibatan AS pada Konflik Sudan
Sudan merupakan wilayah yang mayoritas beragama Islam, karekter Islam yang kuat menjadi identitas Sudan, mereka terbiasa melafalkan bahasa Arab sebagai bahasa ibu. Kekayaan sumber daya Sudan sangat berlimpah terutama pertambangan dan Pertanian. Islam dan sumber daya alam ini sesuatu yang menarik bagi AS, terlebih posisi umat Islam semakin lemah setelah hilangnya kekuasaan, memungkinkan peran AS semakin kuat untuk mengintervensi Sudan.
Pasca Islam dihapuskan dari percaturan dunia, negara pemenang perang dunia II telah bersepakat membagi-bagi wilayah Afrika. Awalnya Sudan di bawah Inggris, namun hegemoni Inggris perlahan luntur digantikan AS. Nampak jelas AS telah melihat potensi perpecahan di Sudan besar, dari awal Sudan merupakan negara multi etnis yang rawan konflik.
Pada perkembangannya konflik di Sudan semakin rumit di melibatkan etnis yang berafiliasi kepada militer, yaitu sipil yang dilatih dan dipersenjatai oleh kepentingan golongan. Perbedaan budaya, dan adanya jurang ekonomi yang tinggi membuat Sudan menjadi negara rawan konflik. Sebagai contoh adalah konflik ideologi yang memisahkan dua wilayah bersebrangan antara selatan yang condong dengan AS, sedangkan Utara yang kuat dengan Islam.
AS telah memainkan peran kunci dalam kemunculan Sudan Selatan sebagai negara mereka 10 tahun yang lalu. Politik luar negeri yang dijalankan AS ke Sudan memiliki beberapa pertimbangan, yaitu kepentingan nasional AS yang memiliki keinginan untuk mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam, khusus Sudan Selatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan bilateral yang mana AS merupakan peneriman hasil minyak bumi terbesar dari Sudan, khususnya Sudan Selatan.
Perdamaian Hanya Ada Dalam Islam
Sejatinya perdamaian itu bisa diwujudkan hanya dengan tegaknya negara Islam, yang mampu mempersaudrakan umat manusia dengan ikatan aqidah. Ikatan yang dibentuk barat melalui paham nasionalisme, etnis, golongan bahkan, kolonialisme merupakan senjata memecah belah persatuan umat Islam. Harus ada upaya dakwah yang menyeru kepada persatuan umat Islam melalui tegaknya negara Islam yang mampu melindungi dari segala bentuk perpecahan dan intervensi.
Wallahu ‘ Alam
(LM/SN)