Salah Kelola Demi Devisa
Lensa Media News-Dalam pandangan dunia, adalah hal yang lumrah jika kekayaan dan keindahan alam, serta keragaman dan keunikan budaya menjadi nilai lebih dari suatu negara. Tak terkecuali Indonesia, potensinya yang luar biasa dianggap sebagai daya tarik pariwisata yang dapat menambah pendapatan negara. Hal ini pula yang menjadikan Bali, salah satu provinsi yang dianggap sebagai surganya pariwisata dimanfaatkan oleh para wisatawan asing untuk mencari pundi-pundi rupiah.
Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Silmy Karim menanggapi keluhan masyarakat di Bali atas pelanggaran yang dilakukan para turis mancanegara. Beliau mendesak jajarannya melakukan operasi tindakan pelanggaran tersebut. Beliau pun membenarkan bahwa banyak wisatawan asing bekerja sebagai fotografer, pelatih selancar, menyewakan villa bahkan melakukan pembobolan sebuah minimarket (Kompas.com,6/3/2023)
Sejauh ini, pemerintah provinsi Bali mengaku telah melakukan berbagai upaya pencegahan bisnis ilegal turis asing, namun faktanya pelanggaran terus terjadi. Karena alasan devisa, pemerintah membuka akses pariwisata seluas-luasnya, sehingga Bali dijadikan tempat persinggahan bagi para turis yang terdampak konflik perang antar dua negara, yaitu Rusia dan Ukraina. Hal ini semakin menguatkan anggapan bahwa pemerintah lalai dalam pelayanan keamanan dan kenyamanan rakyatnya.
Seharusnya negara berperan aktif menjaga stabilitas keamanan warga negaranya dari berbagai gangguan. Pengelolaan sumber daya alam dioptimalkan untuk kepentingan rakyat. Sanksi tegas harus diberlakukan bagi siapapun yang melanggar kedaulatan negara. Jangan karena mengejar devisa, rakyat sendiri menjadi korbannya. Fatimah Nafis. [LM/IF/ry].