Generasi Tanpa Visi, Menyedihkan
Oleh : Leni Setiani
Aktivis Muslimah Karawang
Lensamedianewa.com– Sedih, mengiris hati. Remaja saat ini tengah kehilangan visinya sendiri. Mereka terbawa arus kebebasan hingga lupa jati diri. Tak banyak remaja yang memiliki visi hidup, bahkan yang memiliki visi hidup pun kebanyakan visinya salah.
Fakta rusak remaja hari ini bisa kita lihat mulai dari sebanyak 72 remaja yang hendak melakukan tawuran di Neglasari, Kota Tanggerang pada hari Minggu 15 Januari 2023 kemarin yang telah diamankan Polres Metro Tangerang Kota (mp.kompas.com 15/01/2023).
Seorang remaja berinisial M tewas usai menghentikan paksa satu unit truk yang tengah melaju dari Exit Tol Gunung Putri, Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Padahal Pemerintah Desa Gunung Putri telah melakukan pengawasan agar tidak ada kejadian penghentian paksa truk oleh remaja dan anak-anak (republika.co.id 15/01/2023).
Tentu fenomena ini seperti fenomena gunung es. Ada bongkahan es yang lebih besar lagi di bawah permukaan gunung es tersebut. Yang terekspos hanyalah segelintir saja, namun masih amat sangat banyak kerusakan para pemuda.
Akar Permasalahan
Mengapa hal ini bisa berefek demikian parah seiring berjalannya waktu? Tentu tidak mungkin ada asap tanpa adanya api. Hal demikian bisa terjadi karena ada yang melatarbelakangi ini semua.
Semua ini berawal dari sistem kapitalisme yang mengusung ide kebebasan. Ide kebebasan yang diusung adalah kebebasan berperilaku, beragama, kepemilikan dan berpendapat. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada remaja adalah karena kebebasan berperilaku.
Kebebasan berperilaku ini membuat manusia bebas melakukan apapun yang dia kehendaki tanpa melihat kepada nilai-nilai atau norma-norma agama maupun masyarakat yang ada.
Tentu hal ini mengakibatkan remaja kehilangan visinya. Mereka bebas melakukan apapun. Tawuran, seks bebas, narkoba, bahkan tidak mempedulikan akan rusaknya pendidikannya yang penting mereka bisa memuaskan keinginannya, seperti yang sedang banyak digandrungi remaja hari ini yaitu membuat konten agar berpenghasilan, dan itu semua dilindungi oleh hak asasi.
Alhasil remaja yang lahir dari kebebasan ini menjadi generasi rusak yang memiliki banyak sekali potret buram. Yang mereka kejar adalah uang. Dengan adanya uang mereka merasa cukup tidak perlu apapun lagi.
Yang terjadi seperti contoh di atas. Demi konten agar mendapat banyak like hingga mendapatkan uang, seseorang sampai nekat menstop paksa truk sampai dirinya tewas. Sungguh menyedihkan.
Islam Memandang
Fase pemuda adalah fase kekuatan di antara dua kelemahan. Dua kelemahan yang dimaksud adalah kelemahan di waktu kanak-kanak dan kelemahan di waktu sudah tua dan beruban. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Ar-Rum: 54).
Dalam medan perjuangan, pemuda selalu menjadi warna yang dominan,
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا نَغْزُوْ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَابٌ
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami ikut berperang bersama Rasulullah padahal saat itu kami masih muda. (HR. Ahmad)
Karakter pemuda juga adalah pembelajar. Ia seharusnya semangat belajar sebelum menjadi pemimpin.
قال عمر رضي الله عنه: تفقهوا قبل أن تسودوا
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Belajarlah sebelum kalian menjadi seorang tokoh”
وقال الشافعي رضي الله عنه: تفقه قبل أن ترأس فإذا رأست فلا سبيل إلى التفقه.
Al-Syafi’i rahimahullahu berkata, “Belajarlah sebelum kamu memimpin, apabila kamu telah memimpin maka tidak ada jalan untuk belajar”
Dalam Islam masa muda amat sangat penting karena pada masa itu kekuatannya masih penuh untuk berbuat sesuatu. Sudah seharusnya para pemuda miliki visi besar. Mereka lupa bahwa hidup di dunia ini hanya untuk membuktikan sumpah dulu saat di alam ruh.
Saat dimana anak keturunan adam dikeluarkan dari sulbi nenek moyang mereka semua kita serempak mengatakan bahwa Allah adalah Robb (pemilik, pengatur, pengurus dan pemelihara) seperti yang Allah firmankan dalam QS Al-A’raf ayat 172. Otomatis kita mengakui bahwa Allah adalah yang berhak mengatur kehidupan karena Dia Robb yang Maha Pengatur.
Maka ketika di dunia perilakunya bukan bertindak bebas semaunya, namun dia akan melihat aktivitas tersebut apakah bertentangan dengan ke pengaturan Sang Robb atau tidak. Jika bertentangan pasti akan dia tinggalkan karena dia sadar hidup yang singkat ini hanya ia gunakan untuk membuktikan kesaksiannya bahwa sumpahnya dahulu bukan lah sumpah yang dusta.
Maka kembalilah kepada cahaya Allah wahai para pemuda. Jangan sia-siakan kesempatan mudamu untuk menuruti hawa nafsu yang cenderung pada kebebasan.
Wallahualam bish showab. [LM/UD]