Iman Produktif? Why Not?
Oleh. Choirin Fitri
Sob, suka dengerin nasyid alias lagu-lagu islami enggak nih? Heeemmm, kayaknya udah enggak zamannya ya suka nasyid? Padahal, nasyid biasanya membawa lirik yang istimewa lho.
Coba deh cari dan dengerin salah satu nasyid yang dilantunkan oleh Raihan, pelantun nasyid dari Malaysia. Judulnya “Iman adalah mutiara”.Sambil baca liriknya ini ya!
Iman adalah mutiara
Di dalam hati manusia
Yang meyakini Allah
Maha Esa, Maha Kuasa
Tanpamu iman bagaimanalah
Merasa diri hamba pada-Nya
Tanpamu iman bagaimanalah
Menjadi hamba Allah yang bertakwa
Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertakwa
Ia tak dapat dijual-beli
Ia tiada di tepian pantai
Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau berentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah
Jika tidak kembali pada Allah
Nah, gimana-gimana? Benar enggak sih isi nasyid ini? Iman emang enggak bisa diwarisi, tak bisa dijual beli, dan meskipun kita berusaha nyari, enggak bakal ketemu di tepian pantai.
Emang ya, Sob, nikmat iman adalah nikmat yang tak bisa ditukar dengan apapun. Meski kaya, tampang kece, badan seger buger, tetapi jika iman tak menempel di dalam diri rasanya pasti hampa. So, jangan sampai deh kita enggak bersyukur dengan nikmat yang telah Allah berikan pada kita.
The best iman adalah iman pada Allah. Bukan hanya meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan. Ini sih penting, tetapi ada yang lebih penting juga. Yakni, mengimani Allah sebagai Al-Mudabbir. Yang Maha Mengatur alam semesta, manusia, dan kehidupan.
Sayangnya di era modern saat ini kebanyakan orang hanya mengenal Allah sebagai pencipta. Jika ditanya siapakah yang menciptakan alam semesta,manusia, dan kehidupan, bisa jadi hampir 100% muslim menjawab, Allah. Namun, aneh bin ajaibnya ketika diminta untuk mengikuti aturan Allah Sang Pencipta, jawabannya tunggu dulu.
Padahal nih, Sob, jika kita mengaca pada buatan manusia, yang paling tahu aturan, kelemahan, dan kelebihan produk ya dia yang buat. Misalnya ketika ia membuat HP. Pasti tertera aturan di kardus pembungkusnya. Mulai dari spesifikasi, cara penggunaan, garansi, deelel. Jika sampai aturan ini tertukar dengan mesin cuci, bagaimana jadit? Hancur bukan.
Berarti aneh banget kan kalau ada manusia yang yakin bahwa dirinya, alam semesta di sekitarnya, dan kehidupan Allah yang menciptakan, sedangkan ia enggak mau mengikuti aturan pencipta-Nya? Berarti ada yang eror dalam keyakinannya. Ia hanya meyakini Allah sebagai Pencipta bukan Pengatur.
Padahal, saat manusia kepedean bikin aturan buat dirinya sendiri bakal terjadi perdebatan, pertentangan, perselisihan, dan ujungnya malah membawa kemudharatan bagi manusia. Mau bukti? Mari kita buktikan!
Ambil salah satu aturan Allah dalam Al-Qur’an! Misalnya surah Al-A’raf ayat 81
اِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ
“Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.”
Ayat ini menjelaskan tentang kaum gay yang melampaui batas. Mereka melanggar aturan Allah. Nyatanya saat ini banyak yang meniru kaum Nabi Luth ini dan dibiarkan bahkan ditumbuhsuburkan. Astagfirullah.
Apa efeknya? Karena, enggan menggunakan aturan Allah ada banyak penyakit menular seksual disebabkan perbuatan terlaknat ini. Jumlah keturunan manusia terus menyusut karena hubungan ini tidak akan mampu melahirkan anak. Banyak lagi kemudharatan yang lainnya. Termasuk dosa dan laknat Allah bagi mereka. Nauzubillahimindzalik.
Ini baru satu ayat. Ada ribuan ayat lainnya yang menyangkut aturan Allah yang banyak dilanggar. Efeknya generasi saat ini jadi jauh dari agamanya dan menjadi generasi yang susah diajak taat.
Sebenarnya, jika iman kita benar dan lurus itu akan membuat kita memiliki iman yang produktif. Iman yang tak hanya dikecap atsu sekadar lipsing belaka. Namun, iman yang diyakini dalam hati, dimantapkan dengan lisan, dan diterapkan dalam perbuatan.
Iman yang produktif ini akan menjadikan keimanan sebagai sumber energi untuk berkarya. Ia akan senantiasa mengikatkan hidupnya pada aturan Allah. Halal, ia kerjakan. Haram, ia tinggalkan.
Tak hanya itu. Kesadaran akan posisi Allah sebagai Al-Khalik Al-Mudabbir, Pencipta dan Pengatur akan membuatnya bersiap siaga untuk menjadi pejuang agama-Nya. Hidupnya hanya akan diisi untuk menerapkan prinsip 3M. Mengkaji-Menerapkan-Me dakwahkan Islam sebagai way of life, jalan kehidupan.
Pertanyaannya, kamukah generasi yang memiliki iman produktif ini?
Batu, 4 November 2022
(SN/LM)