Berkaca pada Sri Lanka
Saat ini Sri Lanka tengah mengalami krisis bahkan disebutkan bangkrut. Rakyatnya harus mengantre berhari-hari untuk mendapat bahan bakar. Mata uang Sri Lanka pun terperosok hingga 80 persen. Nilai tukar yang lemah menyebabkan biaya impor semakin mahal dan membuat harga makanan melonjak mencapai 57 persen. Kini negara itu tak memiliki cukup uang untuk mengimpor bahan bakar minyak, susu, gas LPG, hingga kertas toilet.
Apa sebab utama kebangkrutan Sri Lanka? Jawabannya sistem ekonomi kapitalistik yang diterapkan negara hingga terperosok menjadi negara yang gagal. Prinsip sistem Kapitalisme yang bertumpu pada kebebasan kepemilikan menyebabkan penguasaan SDA oleh segelintir orang yang memiliki modal. Di Sri Lanka sendiri disinyalir proyek-proyek strategis ekonominya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan China dan Jepang.
Faktor lainnya adalah Sri Lanka menjadikan utang riba yang menjerat sebagai pembiayaan makro negaranya. Akibatnya keuangan negara terkuras untuk membayar utang. Ketika gagal bayar maka negara kekurangan cadangan devisa sehingga negara jatuh dalam jurang kebangkrutan dan tak mampu membiayai kebutuhan dasar rakyatnya.
Berbeda jauh dengan sistem ekonomi Kapitalisme, sistem ekonomi Islam telah mengatur kepemilikan dengan sangat rinci. Dalam pandangan Islam, SDA yang menguasai hajat hidup orang banyak tidak boleh dimiliki segelintir orang. Negara lah yang memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mendistribusikan hasilnya kepada rakyat secara merata.
Negara dalam sistem ekonomi Islam akan mampu membiayai kebutuhannya secara mandiri dan memiliki cukup devisa yang berasal dari jizyah, kharaj, ghanimah, khumus, sehingga Negara Islam tidak perlu lagi mengais utang atau mengambil pajak dari rakyatnya. Apalagi utang kepada negara yang memusuhi kaum muslimin termasuk utang berbasis ribawi haram hukumnya . Maka sudah saatnya kita kembali kepada Islam dan campakkan sistem kapitalisme.
Agu Dian Sofiyani,
[Hw, Lm]