Ekonomi Kapitalisme dan Pemimpin Tak Amanah Biang Kelangkaan Pangan
Reportase – PKAD — Kelangkaan pangan yang terjadi belakangan ini disebabkan dua hal. Yang pertama adalah diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang meliberalisasi perdagangan dengan mekanisme pasar bebas dan pemimpin khianat yang tidak amanah. Dalam konteks kedelai, kelangkaan disebabkan buruknya produksi, sarana produksi dan distribusi. Pasar bebas menyebabkan negara tidak lagi memiliki kedaulatan pangan.
“Bulog yang merupakan representasi pemerintah tidak dapat melindungi dan menjamin pemenuhan kebutuhan pangan rakyat, yang terjadi justru terkadang Bulog juga bermain melalui mekanisme impor yang mereka lakukan,” ungkap Dr Arim Nasim saat dimintai pendapat dan solusinya terhadap ketiadaan tempe dan tahu dipasaran, di Chanel YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data, Rabu (23/02/2022)
“Tahun 2021 sekitar 2,6 juta kebutuhan kedelai kita dapatkan dari impor , berarti sekitar 70 sampai dengan 80 persen kebutuhan kedelai dipenuhi dari impor. Sampai hari ini pun kita masih impor. Ironis di negara agraris yang subur dan banyak ahli pertanian kita ketergantungan pada impor,” imbuhnya.
Lebih jauh lagi ia katakan, solusi Islam atas permasalahan kelangkaan pangan, diawali dari paradigma berpikir bahwa negara wajib memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Dalam konteks kedelai, negara harus berperan dominan untuk hal produksi, sarana produksi dan distribusi, meski tidak semuanya harus dilakukan negara.
“Sudah menjadi kewajiban negara dalam Islam mengupayakan harga pangan murah sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kebutuhan pangan rakyatnya,” terangnya
Perlu adanya edukasi ditengah masyarakat, yang masih saja kita jumpai ungkapan, “tidak apa mahal yang penting masih mampu membeli.” Padahal problem kelangkaan pangan merupakan problem struktural yang memerlukan pembenahan sistemik,” ujarnya.
Solusi kompherensif terhadap permasalahan ini adalah dengan melihat akar masalahnya, yaitu memperbaiki sistem dengan sistem politik ekonomi Islam dan mengganti pemimpin dengan pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab.” Pungkasnya.
(Hanif Kristianto, Analisis Politik dan Media)
[ry/LM]