Memaknai Islam Rahmatan lil A’lamin

Oleh Hj. Lia Fakhriyah, S.P

 

 

LenSa MediaNews__ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(Al-Anbiya’ : 107)

 

Bentuknya tidak وَ أَرْسَلْنَاكَ tetapi ada ما  dan الا
Penegasan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dibawa Rasulullaah ﷺ kecuali rahmat bagi seluruh alam. Bukan hanya kepada manusia, atau muslim. Namun hewan, tumbuhan, juga akan mendapat rahmat. Banyak hadits yang memberikan gambaran atau  memotivasi keberadaan muslim sebagai rahmat. Contoh:

Maka barang siapa yang menyayangi dan memelihara hewan seperti kucing, niscaya Allah ﷻ akan merahmatinya pada hari kiamat nanti(HR. Bukhari). 

 

Sebuah ilustrasi bagaimana Allah menurunkan Rasulullaah ﷺ sebagai rahmat. Jika seorang suami diminta pergi ke pasar oleh istrinya, tapi tidak ada permintaan atau perintah yang diberikan sang istri, maka suami tadi akan kehilangan arah atau tujuan saat di pasar. Maka saat Allah ﷻ menurunkan Rasulullaah ﷺ, ada perintah dan pesan yang Allah ﷻ titipkan kepada beliau ﷺ. Rahmat akan dapat dirasakan jika aturan Allah diterapkan atau ditegakkan.

 

Namun gambaran Islam ketika ditegakkan, dianggap sebagai sumber kekerasan. Rahmat diterjemahkan sebagai toleransi. Sehingga muncullah Deklarasi Istiqlal 2024, yang mengusung moderasi beragama. Ajakan untuk “beragama itu jangan gitu-gitu amat”. Atau jangan terlalu fanatik. Karena itu yang membuat munculnya kekerasan.

 

Benarkah hal tersebut? Jika kita lihat tawuran bukan karena agama. Tapi bisa antar genk motor. Kekerasan di dalam rumah dari seorang suami ke istrinya atau sebaliknya, bukan karena Islam. Biasanya muncul karena faktor ekonomi, pihak ketiga atau sebab lain. Pembunuhan yang terjadi bukan muslim kepada kafir, tapi pembunuhan yang disebabkan perebutan harta, balas dendam bukan karena fanatik terhadap Islam.

 

Jika kita lihat kekerasan yang terjadi karena faktor ekonomi, adalah suatu hal yang ironi. Indonesia adalah negara yang kaya raya. Namun sayang kekayaan yang ada itu dikuasai oleh pihak asing. Atau pihak swasta. Dan dimanfaatkan untuk keuntungan golongan tertentu. Bukan untuk kepentingan rakyat. Sehingga kesengsaraan yang dialami rakyat mendorong mereka untuk melakukan pencurian, perampokan, pembegalan dan kekerasan lain.

 

Jika kita lihat peristiwa di Palestina, maka bukan Islam yang menjadi pelaku kekerasan. Namun justru zionis Yahudi yang melakukan pembantaian terhadap kaum muslimin dan manusia.

 

Justru ketika melihat futuhat yang dilakukan kaum muslimin, salah satunya futuhat oleh Sultan Muhammad al-Fatih, maka dapat dilihat tidak ada genosida. Yang diperangi adalah pasukan dan pemimpin yang menghalangi da’wah Islam. Yaitu mereka yang menghalangi orang mendapatkan pencerahan dari Islam. Juga saat Khalifah Umar bin Al Khattab membuka Al-Quds, tidak ada gereja yang dirusak.

 

Sehingga tidak tepatlah jika dikatakan bahwa saat menegakkan Islam maka akan muncul kekerasan. Karena fakta atau realitas yang ada justru menunjukkan bahwa saat Islam ditegakkan maka akan muncul rahmat, kesejahteraan untuk seluruh alam.

 

Bagaimana caranya agar orang-orang tidak salah paham? Bagaimana caranya agar kita menegakkan Islam secara kaffah? Ini adalah beberapa respon dari jama’ah yang menghadiri MTLQ. Disampaikan oleh pembicara,  bahwa agar Islam bisa kembali diterapkan secara kaffah, maka ikutilah apa yang dicontohkan Rasulullaah ﷺ. Beliau setelah diangkat menjadi utusan Allah ﷻ, melakukan da’wah. Hanya da’wah. Menyampaikan pesan Allah, yaitu Al-Qur’an kepada manusia tanpa paksaan. Setelah selama 13 tahun tidak mendapatkan respon yang baik dari orang Quraisy, maka da’wah Rasulullaah ﷺ mendapat respon baik dari pemimpin dan penduduk Madinah.  Pemimpin Madinah mewakili penduduknya, mengangkat Rasulullaah ﷺ sebagai pemimpin dan bersedia diatur hidupnya oleh aturan Allah atau Al-Qur’an.  Inilah yang perlu kita lakukan saat ini. Kita semua berda’wah, mengajak manusia untuk menegakkan Islam. Dan konsekuensinya, kita membutuhkan pemimpin yang mau mengambil Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup dalam bernegara. Sebagaimana Rasulullaah ﷺ menjadi pemimpin negara Madinah.

Please follow and like us:

Tentang Penulis