Genosida Gaza, Cerminan Lemahnya Penguasa Muslim

Oleh Siska Juliana

 

 

LenSa MediaNews__ Hampir tepat satu tahun genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Puluhan ribu anak-anak, perempuan, dan orang tua hanya rakyat sipil tak bersenjata menjadi korban keganasan rezim penjajah.

 

Mulai dari rakyat biasa hingga para pemimpinnya telah gugur sebagai syuhada. Namun, tak menyurutkan perjuangan saudara di Gaza. Data terbaru menunjukkan 40.738 orang gugur syahid dan sebanyak 94.154 luka-luka dalam agresi militer Zionis di tanah Gaza.

 

Peristiwa genosida ini telah memantik kepedulian dari berbagai pihak. Salah satunya dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani. Beliau mengungkapkan keinginannya untuk menghentikan perang di Palestina dan wilayah konflik lainnya.

 

Pidato tersebut disampaikan kepada puluhan delegasi negara-negara Afrika dalam Forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (1-9-2024). Hal serupa juga diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Ia menegaskan peran parlemen untuk memobilisasi tekanan publik internasional dalam upaya mengakhiri genosida di Palestina. (bali.suara.com, 01-09-2024)

 

Melihat fakta tersebut, seruan demi seruan, kecaman demi kecaman terus digaungkan oleh berbagai pejabat atau penguasa negeri muslim. Baik atas nama personal maupun atas nama kekuasaannya.

 

Akan tetapi, hal itu tidak memberikan pengaruh berarti terhadap keganasan Israel. Serangan mereka justru semakin brutal, tidak beradab, dan tidak manusiawi. Hal yang diperlukan oleh Gaza bukan hanya sekadar seruan, kecaman, atau kutukan, tetapi Gaza membutuhkan kekuatan yang seimbang. Baik dari senjata maupun jumlah militer.

 

Sampai saat ini, penjajahan tak dapat dihentikan. Penyebabnya adalah sekularisme yang mencengkeram negeri-negeri muslim. Sekularisme telah memisahkan peran agama dalam kehidupan.

 

Ideologi kapitalisme yang berasaskan sekuler telah melahirkan paham nasionalisme yang memecah belah umat Islam. Alhasil, mereka tidak peduli terhadap kesulitan yang menimpa umat Islam lainnya.

 

Dengan begitu, mengirimkan militer ke Gaza dianggap ikut campur urusan negara lain. Buktinya, negara tetangga Gaza yaitu Mesir dan Arab, mereka tidak memedulikan penderitaan yang dialami oleh umat Islam Palestina.

 

Keadaan umat Islam di Palestina semakin memprihatinkan. Kehausan, kelaparan, kekurangan obat-obatan, bahkan tidur hanya beralaskan tanah. Di saat yang bersamaan, Arab menggelar pesta. Sungguh miris melihat kondisi tersebut.

 

Kapitalisme sekularisme telah nyata membunuh rasa simpati jutaan kaum muslimin. Penderitaan tidak hanya dirasakan oleh kaum muslimin di Palestina, warga Rohingya pun mengalami kezaliman, dianiaya, dan dibunuh. Oleh karena itu, sistem ini tidak pantas diterapkan, apalagi di tengah kaum muslimin.

 

Genosida yang terjadi di Gaza mampu diselesaikan dengan mengganti ideologi kapitalisme sekuler. Dibutuhkan ideologi yang dapat mempersatukan umat, sehingga umat Islam memiliki pemikiran, perasaan, dan tujuan yang sama yaitu membebaskan Gaza dari Zionis.

 

Ideologi sahih tersebut adalah Islam. Islam menetapkan bahwa hukum syariat terhadap penjajahan adalah jihad fisabilillah. Ideologi Islam harus diemban oleh negara, bukan hanya individu. Jika ada kaum muslim yang diperangi, maka negara Islam akan mengirimkan militernya untuk membebaskan kaum muslimin dari penjajahan orang kafir.

 

Sebagaimana firman Allah SWT

Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-Baqarah: 190)

 

Seperti yang dilakukan oleh Salahuddin Al-Ayyubi ketika merebut kembali Palestina dari pasukan Salib. Perlindungan maksimal juga dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid II untuk menjaga tanah Palestina dari Theodor Herzl, seorang Yahudi yang bermimpi mendirikan negara Zionis di Palestina.

 

Inilah sikap sebenarnya seorang muslim yang diberi amanah kekuasaan untuk menolong saudara seakidah di Palestina. Sayangnya, sikap tersebut tidak bisa dilakukan dalam sistem kapitalis saat ini.

 

Negara kapitalisme bisa meletakkan penguasa anteknya di negeri muslim, sehingga penguasa-penguasa muslim itu hanya mampu mengucapkan kecaman dan seruan untuk menghentikan genosida.

 

Dengan demikian, hanya Islam-lah satu-satunya sistem hidup yang bisa digunakan untuk membebaskan Gaza dari entitas Zionis. Ketika Islam diterapkan dalam bingkai Daulah Islamiyah, maka umat Islam di seluruh dunia akan bersatu. Wallahu’alam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis