Prostitusi Online Menjerat Generasi

Oleh: Q. Rosa

LenSa Media News_Opini_Pusat Baru-baru ini pihak Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkap ada 130.000 lebih frekuensi transaksi praktek prostitusi online dan pornoaksi yang melibatkan anak. Angka perputaran uangnya pun nilainya sangat fantastis mencapai Rp 127,371 milyar. Sungguh nilai yang sangat mengiurkan.

 

Menurut Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis, praktik prostitusi dan pornografi tersebut melibatkan lebih dari 24.000 anak berusia 10 tahun hingga 18 tahun (Kompas.com, 26/07/2024).

 

Miris memang. Usia 10-18 tahun mestinya menjadi energi besar generasi, fokus untuk pengembangan diri meraih prestasi di dunia pendidikan. Langkah mereka masih sangat panjang untuk menggapai asa menyiapkan diri menjadi para profesional maupun pemimpin di negeri ini. Tapi sayang energi besar tersebut justru digunakan dengan menyibukkan diri di dunia prostitusi dan pornografi. Menjajakan tubuhnya untuk menyenangkan para laki-laki hidung belang. Sadar atau tidak pilihan mereka beresiko menambah daftar penderita PMS dan HIV/ AIDS.

 

Sebagaimana yang terjadi di kabupaten Ngawi Jawa Timur, diduga karena maraknya kasus prostitusi online saat ini terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS. Dinas Kesehatan (Dinkes) Ngawi mengaku kesulitan memantau persebaran HIV/AIDS. Menurutnya, tren penambahan kasusnya saban tahun terjadi karena perilaku seksual tidak sehat dan maraknya praktik prostitusi online (Jawapos.com/Ngawi, 1/8/2024). Tentu ini harus menjadi evaluasi untuk daerah lain, terkait siknifikansi penambahan kasus HIV/AIDS dan maraknya prostitusi online.

 

Paham Kapitalisme Liberal Merusak Generasi

 

Kapitalisme sejatinya paham yang mendewakan kesenangan berupa tingginya materi. Gaya hidup glamor, food, fun, fashion, dipropagandakan dengan apik di dunia nyata maupun sosial media. Dampaknya generasi mengejar kesenangan dunia tanpa perduli kondisi orang tua atau keuangan mereka. Mereka rela melakukan apapun demi uang dan tumpukan materi. Bagi mereka uang adalah segalanya.

 

Ditambah dengan paham liberal (kebebasan) yang juga menjangkiti pemikiran mereka. Setali tiga uang atau sama saja, para pemudi pun tergiur dan terjebak di dunia prostitusi dan pornografi, demi mengejar gaya hidup dan kesenangan jasadi. Saat skill dan kemampuan tidak dimiliki, modal tubuh molek serta dandan cantik, sudah bisa menghasilkan uang. Dengan tujuan tidak kalah dengan yang lainnya, seperti bisa nongkrong di cafe, healing, shopping, glowing dan lain sebagainya.

 

Islam Menyelamatkan Generasi

 

Dalam Islam penjagaan generasi sangat penting. Sebuah peradaban unggul akan bisa bertahan merajai dunia tergantung pada penjagaan generasinya. Estafet kepemimpinan juga akan bisa dilangsungkan tergantung pada kualitas generasinya.

 

Islam memiliki pola yang khas dalam menjada kualitas generasinya. Hal ini telah terbukti saat peradaban Islam mampu bertahan dan menjadi mercusuar dunia selama 13 abad.

 

Pertama, penanaman aqidah yang kuat. Ini dimulai dari keluarga, masyarakat dan kurikulum pendidikan di sekolah formal yang menjadikan generasi Islam memahami hakekat hidup di dunia, menjadi Khalifah di muka bumi, menjaga dan mengatur kehidupan yang sesuai dengan perintah dan larangan Tuhannya.

 

Suasana keimanan memicu mereka menjadi hamba yang taat pada Tuhannya. Energi muda mereka dihabiskan untuk menggembleng diri, menjadi calon-calon pemimpin dunia, menuntut ilmu, mengasah skill dan kemampuan guna melangsungkan peradaban Islam nan mulia.

 

Keindahan materi, jauh dari angan meraka, meskipun mereka mampu meraihnya. Fokus mengabdi pada Allah, membuat mereka tidak terjun pada kemaksiatan, kezaliman, kemungkaran dan perbuatan keji.

 

Kedua, terjadi kontrol di tengah masyarakat. Amar makruf nahi mungkin berjalan sebagaimana mestinya. Masyarakat dalam Islam bukan masyarakat yang individualis, tak mengenal tetangga dan hidup demi kepentingan pribadi, tanpa peduli semua urusan dan kebutuhan orang lain yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Masyarakat Islam bak satu tubuh, saling peduli, saling mengontrol hingga saling menjaga. Bagi muslim, kemaksiatan satu komponen di tengah umat akan menyebabkan kerusakan seluruh sistem. Karenanya akan mencegah agar kerusakan tersebut tidak terjadi

 

Ketiga, diberlakukan sistem sanksi yang berdampak pada efek jera. Ketegasan syariat Islam bagi pelaku kriminal dan kemaksiatan, akan membuat masyarakat sangat berhati-hati melakukan amal perbuatannya. Pelaku pornografi dan sindikat perdagangan anak melalui prostitusi online dan offline akan di hukum dengan berat karena kriminalitas mereka.

(LM/SN)

Please follow and like us:

Tentang Penulis