Indonesia Juara Pengangguran di ASEAN, Kok Bisa ?
Oleh : Tety Kurniawati, SE
LenSa Media News–Tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2% tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Dana Moneter Internasional (IMF) pada World Economic Outlook April 2024 menyatakan posisi ini tak berubah dari tahun lalu, namun angkanya lebih rendah yakni 5,3%.
Kemudian Filipina berada di posisi kedua yakni 5,1%, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9%, Malaysia 3,52%, Vietnam 2,1%, Singapura 1,9% dan Thailand 1,1% (infografis.okezone.com, 21/07/2024).
Fakta Terkait Pengangguran
Sesuai teori permintaan dan penawaran. Salah satu penyebab tingginya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan rendahnya minat para pengusaha untuk membuka lowongan kerja.
Dilain sisi, kualifikasi lowongan pekerjaan yang terlalu tinggi untuk posisi pekerjaan yang ditawarkan menjadi faktor penyebab mismatch ( kondisi ketidakcocokan ). Belum lagi persoalan salah jurusan atau job-education mismatch ( ketidakcocokan bidang keahlian pekerja). Fenomena mismatch ini menyebabkan kesenjangan kian meluas antara pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia.
Faktor utama penyebab tingginya pengangguran adalah kebijakan pemerintah di sektor ekonomi dan pendidikan. Di sektor ekonomi, misalnya terkait penanaman modal asing yang mensyaratkan masuknya tenaga kerja asing.
Hal ini meniscayakan adanya deindustrialisasi dan penyerapan tenaga kerja lokal yang lebih kecil dari kebutuhan akan lowongan pekerjaan. Selanjutkan program pemberdayaan perempuan yang meniscayakan para pencari kerja laki-laki harus bersaing dengan pencari kerja wanita dalam mengisi kuota lowongan kerja. Akibatnya, makin sempit kesempatan laki-laki bekerja.
Sementara di sektor pendidikan, misalnya program link and match pendidikan vokasi. Jurusan komersial dibentuk demi memenuhi tuntutan pasar dan industri kapitalis. Alhasil, lulusan SMK dididik hanya untuk memenuhi selera pasar.
Padahal faktanya tuntutan pengusaha seringkali berubah seiring perkembangan ilmu dan tekhnologi. Wajar jika tenaga lulusan SMK yang tersedia cenderung tak memenuhi kualifikasi. Rendahnya serapan tenaga kerja SMK sulit dihindari.
Kapitalisme Menciptakan Pengangguran
Tingginya angka pengangguran menunjukkan kegagalan negara dalam menciptakan lapangan kerja untuk rakyat. Kebijakan salah strategi menyebabkan terjadinya deindustrialisasi, lulusan SMK maupun Perguruan Tinggi tak terserap dalam dunia kerja. Sementara konsekuensi investasi asing, membuat tenaga kerja asing masuk dan mengisi kuota lowongan kerja yang ada.
Di lain sisi, pengelolaan sumber daya alam ala kapitalisme menyebabkan tenaga ahli maupun tenaga kerja diambil dari negara asing. Akibatnya rakyat sendiri kehilangan kesempatan kerja sampai harus jadi TKI ke manca negara.
Islam Mengatasi Pengangguran
Islam mewajibkan negara mengurus rakyat. Termasuk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup melalui berbagai kebijakan yang mendukung.
Pertama, pendidikan terjangkau bahkan gratis untuk rakyat. Mereka bebas mengenyam pendidikan tanpa dibebani biaya. Selain itu, mereka diberi pemahaman akan wajibnya bekerja bagi laki-laki. Perempuan hanya dibolehkan bekerja disektor yang memang harus diisi perempuan.
Kedua, pengelolaan sumberdaya alam ada ditangan negara. Eksplorasi bahan mentah membutuhkan banyak tenaga kerja. Maka dipastikan ia akan banyak menyerap tenaga kerja yang tersedia. Sedangkan tenaga kerja asing dibatasi jumlah dan masa kerjanya sesuai kebutuhan dan disertai kewajiban transfer ilmu dan tekhnologi kepada pekerja lokal.
Ketiga, negara menjadi pihak sentral dalam penyelesaian persoalan umat, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan. Negara juga bertanggung jawab memastikan para laki-laki bekerja dan memenuhi kebutuhan orang yang menjadi tanggungnya. Dari sini, jaminan kesejahteraan rakyat akan nyata dirasakan.
Sungguh hal tersebut nyata terukir dalam bentang sejarah. Bagaimana Islam mampu mensejahterakan rakyatnya hingga berabad-abad lamanya. Sebagaimana kisah Khalifah Umar bin Abdul Azis yang menjadikan rakyatnya tidak ada yang berhak menerima zakat. Peradaban gemilang itu sesungguhnya bisa terulang kembali. Saat manusia mau kembali menerapkan aturan Illahi. Wallahualam bissawab. [LM/ry].