Nasib Malang Mahasiswa Berprestasi
LenSa Media News–Hidup hari ini terasa makin sulit di tengah himpitan ekonomi. Ditambah lagi biaya pendidikan yang meroket. Untuk sekadar memikirkan urusan perut saja, masyarakat sudah banyak yang frustasi, apalagi ditambah dengan biaya pendidikan tingkat lanjut yang semakin memusingkan kepala.
Mahalnya UKT (Uang Kuliah Tunggal) jelas bertentangan dengan konsep pendidikan hak setiap rakyat. Mirisnya lagi, sekolah yang siswanya lolos SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) namun tidak mengambilnya, sekolah bisa di blacklist.
Pada 2024 ini, bagi peserta yang dinyatakan lolos SNBP kemudian tidak daftar ulang, maka dikenakan sanksi tidak bisa ikut UTBK-SNBT (Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) dan tidak bisa ikut seleksi jalur mandiri di perguruan tinggi manapun se-Indonesia. Selain itu, sanksi tersebut juga berlaku sampai dua tahun ke depan.
Dengan kata lain, peserta yang sudah dinyatakan lolos kemudian tidak menggunakan kesempatan itu, maka dia tidak bisa ikut seleksi SNBP-SNBT maupun jalur mandiri di perguruan tinggi lain di Indonesia selama dua tahun ke depan.
Padahal salah satu alasan utama tidak diambilnya kesempatan lolos SNBP karena tidak mampu membayar biaya UKT yang sangat tinggi. Bukannya memberikan solusi dengan adanya keringanan biaya bahkan memberikan fasilitas gratis bagi siswa-siswi berprestasi, malahan para orang tua siswa dihadapkan dilema ingin kuliah karena anaknya pintar namun biaya tidak terjangkau.
Ini adalah potret bobrok pendidikan dalam negara kapitalis dan abainya negara akan hak pendidikan atas rakyat miskin. Berbeda hal dalam sistem kehidupan Islam, yang mana menjadikan pendidikan sebagai salah satu kebutuhan pokok rakyat, disediakan negara dan diberikan dengan biaya murah bahkan bisa jadi gratis.
Selain itu, semua mendapat kesempatan yang sama. Demikianlah penerapan sistem Islam mampu menyediakan pendidikan gratis karena memiliki sumber pendapatan negara yang cukup banyak. Karenanya, mengapa masih nyaman dengan sistem kapitalis yang jelas menyengsarakan? Dian Agus Rini. [LM/IF/ry]