Kini di Arab Saudi Terjadi Liberalisasi Kaffah
Reportase – “Kini di Arab Saudi terjadi Liberalisasi Kaffah”, ungkap Fika Komara. Begitulah pemaparan salah satu nara sumber dalam diskusi online Pusat Kajian Anilisis Data (PKAD), Rabu (27/10/2021).
Acara yang bertajuk tema “Arab Saudi Kini : Moderasi, Transformasi, Atau Westernisasi?” memiliki daya tarik tersendiri untuk diperbincangkan. Hal ini dikarenakan Arab Saudi memiliki magnet tersendiri bagi seluruh umat di dunia. Dimana Arab Saudi merupakan satu-satunya negeri penjaga Haromain atau dua kota suci. Kental dengan nuansa Ibadah namun saat ini juga kental dengan pariwisata yang membawa budaya bebas ke dalamnya.
Hal ini menjadi sebuah anekdot yang cukup menjadi soroton. Karena menurut Dr. Fika M. Komara, M.Si yang merupakakan CEO Imune (Institute Muslimah Negarawan), ” Selama ini tidak pernah ada pemimpin umat Muslim yang mendudukkan antara ibadah dengan kemaksiatan dalam satu kelas”. Namun hal ini saat ini terjadi di Arab dengan adanya pembukaan Umroh dan Ryad Season secara bersamaan. Hal ini luar biasa extrim, menurut beliau. Begitu pula beliau juga menyampaikan beberapa kebijakan liberal yang mengotak – atik hukum seputar perempuan misalnya diperbolehkan naik mobil sendiri tanpa mahram. Hal ini menggambarkan bahwa adanya simbiosis antara Kapitalisasi, Liberalisasi, Modernisasi yang sangat erat hingga rela mengorbankan semuanya hanya karena cuan.
Bu Fika juga menyampaikan bahwa sejak pandemi harga minyak turun, sehingga Arab membuka pariwisata agar tidak lagi tergantung kepada minyak. Apa yang dilakukan Arab ini sebenarnya tidak lepas dari perjanjian dan kerja sama dengan AS. Dimana selain persolan ekonomi, Arab juga melancarkan agenda-agenda untuk melawan ekstrimis. Seperti dalam KTT Arab Islam Amerika, Arab menjadi ujung tombak diluncurkanya Platform untuk mencegat konten ekstrimis. Hal ini menunjukkan bahwa Arab melayani kepentingan AS.
Sebenarnya menurut beliau adanya kebijakan Ryad Season ini akan menyebabkan dampak negatif yang luar biasa, seperti adanya konflik invalue, yakni antara ibadah umroh dangan Ryad Season yang penuh kebebasan dan kemaksiatan. Menurut beliau hal ini akan menyebabkan Arab kehilangan branding karena yang awalnya ada pada posisi terhormat sebagai penjaga Haramain menjadi tercemar. Arab juga berarti telah mensyiarkan kejahiliaan yang sama seperti masa jahiliah sebelum Rasulullah. Belum lagi kerusakan sosial budaya yang akan menyebabkan umat muslim tak akan rela jika hal ini terus dilanjutkan.
Selain dampak negatif di atas, ada pun dampak yang lain yakni Arab akan kehilangan integritas. Jika telah terbentuk kesadaran umat muslim akan hal ini, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi Arab Spring seperti dulu. Hal ini harus disadari oleh Arab. Belum lagi kerusakan generasi muda yang belum mempunyai kesadaran yang kuat akan mudah teraruskan dengan budaya barat. Beliau menekankan kembali bahwa umat Islam tidak akan rela dan tidak suka menerima liberalisasi ini.
Wallahu’alam bi sowab.
(Hanif Kritianto, Analisis Politik dan Media).
[ry/LM].