Ibu Pertiwi sedang bersusah hati. Pasalnya, di awal tahun 2021 bangsa ini dirundung duka yang tak terperi. Bencana alam datang bertubi-tubi, diantaranya banjir besar di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Sulawesi Barat, letusan Gunung Semeru, luapan air laut di Manado, longsor di Sumedang dan berbagai bencana alam lainnya.

Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid menyinggung adanya faktor kerusakan alam dalam bencana yang baru-baru ini menimpa sebagian daerah di Indonesia. Menurutnya, orientasi pembangunan yang berbasis pada sumber daya alam mengakibatkan eksploitasi terjadi di mana-mana (detiknews.com (18/01/2021).

Ya, pernyataan tersebut tidaklah berlebihan karena telah banyak penelitian ilmiah tentang aspek hidrologi, kehutanan, dan pentingnya konservasi dan tata ruang wilayah. Secara jelas menunjukkan bahwa pembangunan mutlak memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian hutan, dan lahan serta keseimbangan alam dan lingkungan. Jika diabaikan maka, bencana mematikan niscaya terjadi.

Namun sayang, pembangunan kapitalistik hari ini yang menggunakan paradigma sekularisme liberal justru menafikkan semua itu. Selama ini mereka hanya mengindahkan kepentingan para pemilik modal yang hanya berorientasi keuntungan materi. Amdal pun bisa dimanipulasi dan diperjualbelikan.

Alhasil, kerusakan lingkungan di Indonesia semakin parah setiap harinya. Sebagai salah satu dari 3 negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas, Indonesia memiliki peran penting dalam kelestarian alam secara global. Namun kenyataannya, laju deforestasi melesat tajam. Hutan beralih fungsi menjadi lahan pertambangan dan kelapa sawit. Itulah yang terjadi di bumi Borneo.

Sesungguhnya, bencana alam yang terjadi bukan persoalan takdir semata. Tetapi keserakahan manusia yang tak melindungi alam. Sudah saatnya berbenah dan mengevaluasi aturan yang selama ini hanya berpihak pada kaum borjuis. Kembali pada aturan berasaskan rahmatan lil alamin. Sebuah tatanan baru yang senantiasa menjaga keseimbangan alam dan melestarikannya melalui aturan yang kaffah. Wallahu a’lam bisshowwab.

Teti Ummu Alif

Kendari, Sulawesi Tenggara

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis