Demokrasi Cengkeram Kebebasan Berpendapat

Kondisi demokrasi di Indonesia setahun terakhir kian menampakkan jati dirinya. Masyarakat dibuat takut menyampaikan pendapat. Suara rakyat yang kritis, dibungkam. UU ITE dijadikan alasan untuk menakuti dan menjerat rakyat.

Siapa yang berani mengritik penguasa dicap radikal. Opininya dianggap hoaks. Para aktivis yang berseberangan dengan pemikiran penguasa, sangat mudah dikriminalisasi. Berbagai aksi demo mahasiswa dan masyarakat, berujung penangkapan. Masih banyak lagi perlakuan pemerintah yang dianggap tidak lagi demokrasi.

Kebebasan mengemukakan pendapat merupakan hak asasi manusia. Setiap warga negara bebas menyampaikan pendapat melalui lisan, pikiran dan tulisan dengan batas-batas yang telah diatur. Namun, kebebasan yang dijadikan pilar dalam demokrasi menuai petaka bagi demokrasi itu sendiri. Kebebasan dijadikan alasan untuk berbuat tanpa mengindahkan norma-norma yang berlaku. Benar, disalahkan dan yang salah, dibenarkan. Itulah demokrasi, menghukumi sesuatu disesuaikan dengan keinginan dan kepentingan pengusungnya.

Tak ayal demokrasi melahirkan negara korporatokrasi. Kepentingan penguasa di atas segalanya. Tak ada kebebasan berpendapat bagi rakyat jika dianggap mengganggu kepentingan korporasi. Membungkam suara rakyat dengan melemparkan berbagai macam tuduhan, lumrah terjadi.

Itulah demokrasi, semua janji manisnya hanya tipuan belaka. Bayang-bayang kebebasan untuk menciptakan kesetaraan hanya mimpi yang tak pernah terwujud. Manusia didorong untuk berhalusinasi tentang kedamaian dan kesejahteraan hidup. Kebebasan yang diadopsi sistem ini nyatanya menghancurkan cita-cita dan espektasi hidup nyaman.

Karena itu, saatnya mengganti sistem demokrasi dengan sistem Islam. Islam mampu mewadahi perbedaan antara rakyat dengan rakyat dan penguasa dengan rakyat. Dalam Islam, perbedaan mampu menguatkan hubungan antar manusia. Standar untuk mengukur perbedaan adalah syariat. Islam mempunyai standar baku untuk mengukur perbedaan. Selain itu juga tidak ada standar ganda dalam menilai perbedaan.

Islam adalah sistem terbaik yang pernah ada. Aturannya dijalankan untuk kemaslahatan umat. Begitupun kepemimpinannya hanya untuk meriayah. Kebebasan dimaknai dalam rangka saling mengingatkan untuk kebaikan. Dalam Islam, tak ada kebebasan yang kebablasan.

Wallahua’lambishawwab.

 

War Yati
(Komunitas Pena Islam)

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis