Benarkah Rezim Sekuler Melindungi Ulama?

Beberapa hari lalu diberitakan penusukan atas ulama Syekh Ali Jaber. Pelakunya telah ditangkap oleh massa yang hadir pada saat itu dan tidak luput dari penghakiman massa sampai babak belur. Lalu diserahkan ke pihak berwajib.

Sebelum diperiksa, sudah banyak yang menyatakan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa. Namun, jejak digital pelaku selama 2 tahun ini menunjukkan kehidupannya normal saja, begitu juga menurut penuturan dari tetangga pelaku.

Selain Syekh Ali Jaber, sebelumnya juga ada seorang ustadz yang sedang mengimami salat Maghrib di masjid yang dibacok oleh seorang lelaki pengurus masjid. Setelah sekitar 3 hari dirawat di RS, akhirnya ustadz tersebut meninggal dunia.

Ulama adalah pewaris para nabi. Mereka memilih menjadi pendakwah seperti yang dilakukan para nabi. Oleh karena itu, kita harus menjaganya. Dari peristiwa penusukan Syekh Ali Jaber, Menkopolhukam Mahfud MD, meminta pihak berwajib untuk menangani kasus penusukan Syekh Ali Jaber dengan adil dan terbuka. Beliau pun menyampaikan “Pemerintah menjamin kebebasan ulama berdakwah amar makruf nahi mungkar.” Dan menginstruksikan agar aparat menjamin keamanan kepada para ulama yang berdakwah.

Namun, pada kenyataannya para ulama tidak bebas dalam berdakwah, terbukti dengan adanya kebijakan sertifikasi da’i dari pemerintah. Saat ini yang terlihat di medsos bahwa yang menjaga para ulama yang berdakwah adalah ormas-ormas Islam, seperti FPI, Kokam Muhammadiyah, dan yang lainnya.

Apakah dengan tertangkapnya para pelaku kejahatan itu menjadikan para ulama ini aman dalam berdakwah? Sedangkan sistem yang digunakan oleh rezim saat ini masih sama, yaitu sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Padahal para ulama membutuhkan sistem yang kondusif, dimana dakwah yang disampaikan bisa menghantarkan pada kesadaran masyarakat untuk melaksanakan Islam yang kaffah.

Fenti Farida
(Ibu Rumah Tangga) 

[ah/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis