Sekolah Tatap Muka di Zona Hijau?

Oleh: Hariati, SKM

(Aktivis Dakwah Makassar)

 

Lensa Media News – Virus corona masih mewabah, namun momen dimulainya tahun ajaran baru sudah mulai dibicarakan. Muncul kekhawatiran yang dirasakan para orangtua mengenai aktivitas anak-anaknya nanti di sekolah. Bagaimana keamanan dan kesehatan anak-anak?

Beritasatu.com – Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin menyatakan, pemerintah berencana akan mengizinkan proses sekolah tatap muka secara normal hanya di wilayah dengan status zona hijau alias tak ada kasus Covid-19 sama sekali.
“Hanya daerah yang masuk zona hijau yang dapat memulai kegiatan persekolahan secara tatap muka,” ujar Ma’ruf saat membuka rapat koordinasi nasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) secara daring, Kamis, 11 Juni 2020.

Namun, kebijakan dari Kemendikbud tersebut ditolak keras oleh ketua umum IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dr. Aman B. Pulungan. Menurutnya, 1 juta anak bisa meninggal jika mereka dibiarkan sekolah dalam waktu dekat. Aman mendesak pemerintah untuk tidak mengeluarkan kebijakan membuka kembali sekolah hingga akhir 2020.
“Kita didiklah anak kita di rumah dulu. Kita tunggu sampai 2020, bersabarlah dulu,” kata Aman seperti dikutip suara.com, Rabu (3/6/2020).

Desakan Aman bukan tanpa alasan. Ia menolak sekolah dibuka kembali dalam waktu dekat lantaran angka kasus virus corona masih terbilang cukup tinggi. Bahkan, kurva pertambahan kasus corona pada anak tiap pekannya masih terus mengalami peningkatan. Pembukaan kembali sekolah dapat menempatkan anak dalam posisi yang berisiko tinggi.

Jika tetap dibuka, sekolah berpotensi menjadi klaster baru penyebaran Covid-19, meskipun sekolah berada si zona hijau. Selain itu, walaupun di sekolah ada protokol kesehatan, tetapi ketika mereka kembali ke rumah menggunakan angkutan umum, tidak ada yang menjamin anak- anak ataupun tenaga pendidik akan steril dari penyebaran Covid-19. Jika seandainya sekolah berada di zona hijau tetapi murid-muridnya ada yang berasal dari zona merah, maka itu juga menjadi problem baru.

Pandemi Covid-19 Ini adalah bencana. Seharusnya yang dipikirkan bukan hanya masalah pendidikannya, tapi juga kesehatan dan keselamatan hidup, baik anak- anak maupun tenaga pendidik. Jangan sampai hanya kejar kurikulum dan target tapi malah menimbulkan banyak korban.

Kebijakan ini justru membuat stakeholder pendidikan bingung dan ragu, apa langkah yang semestinya mereka ambil dalam menyikapi kebijakan tersebut? Sikap ini menegaskan bahwa pemerintah tidak punya arah yang jelas tentang target pembelajaran sekolah, juga tidak ada integrasi kebijakan dengan new normal life yang dijalankan sehingga kesulitan menetapkan secara tegas apakah perlu tetap belajar dari rumah atau bisa tatap muka.

Sudah beraneka ragam kebijakan pemerintah. Tapi jangankan untuk mengikuti atau taat terhadap kebijakan yang diberlakukan, untuk menerimanya dengan akal sehat pun sulit bagi rakyat. Kebijakan sekolah dengan tatap muka dinilai inkonsisten, mencla-mencle. Pasalnya dengan dalih mencerdasksn anak bangsa justru malah mengancam nyawa. Jelaslah sistem demokrasi yang rusak dan merusak, hanya melahirkan pemimpin yang menyengsarakan. Tidak jelas arah tujuannya.

Sangat berbeda ketika sistem yang diemban sistem Islam dengan sistem pemerintahannya, yaitu khilafah. Pemimpin dalam Islam akan mengerahkan semua kemampuannya dan tegas dalam mengambil kebijakan untuk kemaslahatan umat dan negeri. Negara akan memaksimalkan peran dalam menghentikan wabah. Mereka tidak gagap apalagi plin-plan.

Kepentingan rakyat menjadi nomor satu. Khusus untuk masalah sekolah, jelas negara tidak akan mengambil langkah coba-coba yang akan menjadikan anak generasi terancam keselamatannya. Saat pandemi, negara hanya akan fokus terlebih dahulu dalam menangani wabah hingga bisa berakhir dan negara telah terbebas. Setelah dinyatakan negara telah bersih dari wabah, baru segala aktivitas diberlakukan kembali.

Maka sudah saatnya mengambil sistem Islam untuk diterapkan dalam kehidupan bernegara untuk menyelesaikan masalah kehidupan dan mengakhiri pandemi corona ini. Keberkahan dan kesejahteraan akan dirasakan baik muslim maupun nonmuslim.

Wallaahu a’lambisshowab.

 

[LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis