Potret Buram Penanganan Covid-19
Oleh: Naura
(Pelajar Madrasah Aliyah di Medan)
Lensa Media News – Saat ini wabah Covid-19 terus menyebar di sebagian besar wilayah dunia. Tak ada satu negara pun yang bisa berkutik menghadapi wabah Corona. Jutaan penduduk di beberapa negara satu demi satu terbunuh oleh makhluk kecil nan perkasa itu. Berbagai solusi yang dikerahkan pun belum menunjukkan hasil.
Seperti halnya Indonesia, pemerintah negeri kita telah menetapkan beberapa kebijakan yang dianalisis dapat memutuskan mata rantai penyebaran pandemi ini. Seperti himbauan untuk melakukan social distancing, work from home, hingga PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Namun, kebijakan-kebijakan ini dinilai tak mampu memutuskan rantai penyebaran pandemi ini. Tentu saja, karena pemerintah yang tidak tanggap dalam menjalankan kebijakannya. Pemerintah juga tidak serius mengatasi dampak yang ditimbulkan wabah tersebut. Hal ini dapat dilihat sejak diterapkannya kebijakan social distancing dan work from home di seluruh wilayah negeri. Masyarakat masih banyak yang berkeliaran. Sebagian besar mereka harus keluar rumah demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini terjadi karena tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Masalah baru pun muncul. Yakni kelaparan dan tingkat kriminalitas yang kian meningkat. Seperti sebuah keluarga di Tapanuli Tengah menjerit, karena sudah seminggu tidak makan. (https://smartnewstapanuli.com, 2020/04/26).
Di Kelurahan Lontar Baru, Kec. Serang, sebuah keluarga hanya minum air galon selama dua hari karena tak ada makanan (https://www.merdeka.com/, 21/04/2020).
Demikian pula dengan kejadian di Medan. Lagi-lagi karena kelaparan, seorang pria nekat mencuri sekarung beras seberat 5 kg. (https://www.cnnindonesia.com/, 20/04/2020).
Kini, kelaparan lebih menakutkan daripada virus corona itu sendiri. Seperti inilah potret kebijakan dalam sistem buatan manusia. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seakan tutup mata terhadap warga dalam memenuhi kebutuhan. Tak ada pemberian sembako terhadap warga secara merata. Kalaupun ada bantuan sembako, hanya untuk bertahan beberapa hari saja. Meski para medis memprediksi virus ini akan menurun pada akhir bulan Mei atau awal Juni. Tetapi melihat kondisi solusi yang diberikan bisa saja pandemi ini terus berlanjut, apabila negara tak memberikan solusi yang tepat.
Pandemi Corona benar-benar telah menunjukkan ketidakberdayaan sistem pemerintahan kapitalis sekuler. Sistem ini benar-benar tak bisa dijadikan pegangan. Bahkan penguasa menampakkan ketidakpedulian pada nyawa rakyatnya dan sibuk memanfaatkan keadaan untuk kepentingan pribadi. Wajar jika rakyat mulai banyak yang kecewa dan terbuka mata. Bahwa sistem ini hanya pandai menjajikan angan-angan kesejahteraan rakyat.
Sebagai agama dan sistem kehidupan yang berasal dari wahyu Allah SWT, Islam sudah membuktikan kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Termasuk dalam penanganan wabah yang melanda masyarakat. Pemerintahan Khalifah Umar pernah diuji Allah dengan wabah ‘Thaūn Amwās yang menyerang wilayah Syam. Wabah ini dikabarkan telah menghantarkan kematian tidak kurang dari 30 ribu rakyat. Bukan saja warga negara biasa, bahkan penyakit ini pun menyerang beberapa sahabat Khalifah Umar seperti Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, dan Suhail bin Amr hingga mereka wafat.
Kesuksesan melawan wabah yang telah diraih Khalifah Umar in syaa Allah akan terulang kembali karena faktor utamanya bukan terletak pada beliau sebagai pribadi, namun disebabkan karena sistem aturan yang diterapkan oleh beliau. Negara khilafah akan menerapkan seluruh aturan Islam secara kafah. Mulai dari sistem ekonomi dan keuangan yang menjamin kesejahteraan dan keadilan. Sistem sosial yang bersih dan saling mengokohkan. Sistem hukum yang menjamin keamanan, dan semua aturan lain yang dibutuhkan manusia dari zaman ke zaman. Negara hadir sebagai penanggung jawab urusan umat. Negara senantiasa ada dan terdepan dalam setiap keadaan. Negara tidak menyerahkan urusan rakyatnya pada pihak lain. Serta adanya pemimpin yang mampu mengambil kebijakan yang efektif dan efisien bagi seluruh rakyat nya. Kami rindu pemimpin yang dilahirkan dari rahim sistem Islam.
Wallahu a’lam bishawab.
[el/LM]