Deradikalisasi, Upaya Barat Memecah Umat Islam

Oleh: Silvi Ummu Azyan*

 

LensaMediaNews— Sampai hari ini umat Islam terus diuji dan fitnah. Ukhuwah persatuan umat Islam terus dikerat bak daging oleh barat yang beraliansi dengan penguasa-penguasa negeri muslim. Jargon Amerika Serikat (AS) sebagai tonggak kapitalisme serta merta menjadi sponsor utama. Isu pengeboman menara kembar WTC 11 September 2001 menjadi legalisasi peluncuran terorisme oleh George W Bush presiden AS ke 43.

 

Upaya melenyapkan keterikatan kaum muslimin dengan Al-Qur’an dan As- Sunnah. Hingga umat Islam tidak menginginkan realisasi syari’at Islam. Mereka mengkotak-kotak Islam menjadi fundamentalis, tradisionalis, modernis dan sekularis. Seiring perjalanan waktu ternyata Isu terorisme tidak berhasil mengambil perhatian umat Islam Justru sebaliknya, gelombang hijrah Islam di berbagai negara.

 

Hal ini tak menghentikan upaya barat yang dikomandoi AS untuk senantiasa mencerai berai umat Islam. Hadirlah skema baru dengan Program deradikalisasi dengan tujuan perusakan pemahaman Islam, penderasan ide barat kufur, dan pencitraburukan Islam dan muslim. Gayung bersambut hal ini pun di apresiasi dan didukung oleh penguasa negeri muslim.

 

Umat muslim terus diadu domba menjadi dua kutub yang berseberangan. Membenturkan ide Islam yang shohih dengan ide liberal. Kelompok fundamentalis yang tidak mau kompromi dengan pemikiran kufur diposisikan sebagai musuh, sedangkan yang lainnya justru bersekutu dengan barat.

 

Deradikalisasi terskenario sistematis melibatkan berbagai instansi negara, masyarakat sipil, cendekiawan, medis, media massa, lembaga asing, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta. Seolah hal ini mengalihkan upaya sistematis permasalahan sebenarnya yang terjadi di negeri ini.

 

Penguasa yang seharusnya memberi perlindungan dan kesejahteraan kepada rakyatnya justru menjadikan deradikalisasi sebagai lahan kerja yang empuk. Monsterisasi ajaran Islam kian deras. Tak segan melibatkan berbagai aparatur negara untuk menggiring isu ini. Bendera tauhid, Khilafah ajaran Islam terus dipoles sedemikian rupa agar umat Islam menjauhinya.

 

Pengawasan kurikulum pesantren sebagai upaya pencegahan faham radikal yang melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Hingga launching program deradikalisasi khusus perempuan dan anak oleh UN Women yang berjudul “Empowered Women, Peaciful communities” pada Juli 2018.

 

Demikian juga kriminalisasi ulama dan tokoh Islam nasional. Kasus yang melibatkan ulama besar Habib Riziq, Gus Nur, Ustad Abdul Somad, pembatalan kajian Ustad Hanan Attaki hingga tuduhan radikalisme kepada sejumlah tokoh-tokoh nasional. Tak ketinggalan pula kemarin tekanan kepada acara Muslim United yang diselenggarakan di Masjid Kauman Yogyakarta harus pindah di tengah-tengah berlangsungnya acara.

 

Segudang problematika negeri di antaranya adalah dugaan kecurangan pemilu terstruktur, masif, sistematis dan brutal. Naiknya harga sembako kian melejit hingga membuat masyarakat kalang kabut, Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang semakin mencekik, kemiskinan di berbagai pelosok negeri dan kekeringan mengancam negeri, hampir tanpa ada solusi.

 

Ini semua akibat dari penerapan aturan Kapitalisme. Penguasan dan aparatur negaranya telah gagal memberikan pelayanan kepada rakyatnya. Kebijakan selama ini hanya tertuju pada keuntungan para kaum Kapitalis. Kapitalisme memberikan jalan tol kepada asing dengan dalih Investasi.

 

Hal ini membawa Indonesia kepada pusaran jeratan penjajahan ekonomi kapitalis barat ( AS) dan timur (Cina). Maka wajar jika kriminalitas kian hari semakin bertambah yang secara otomatis berdampak kepada generasi negeri.

 

Menjadikan Islam sebagai biang segala problematika permasalahan negeri adalah pemahaman yang keliru. Karena Islam dengan konsep kepemimpinanya akan memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya tanpa membedakan keyakinannya. Semua akan mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan publik oleh penguasa.

 

Allah berfirman, “Dan barang siapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta ” ( QS : Ath Thaha ayat 124 ).

 

Islam dengan Khilafahnya tidak mungkin memgancam dan membahayakan umat manusia. Justru solusi bagi negeri. Dengan khilafah akan terwujud kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin dunia. Islam akan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dan akan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia dengan jihad fisabilillah.

 

Memahami Khilafah tidak hanya sebagai wawasan, tetapi juga bagian dari kewajiban orang-orang untuk memperjuangkannya (QS. Ali Imran ayat 104). Bisyarah (kabar gembira) tentang kembalinya Khilafah telah disebutkan didalam Hadis Nabi SAW sebagaimana berikut ini:

“Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad).  Wallahu’alam. [ry-WuD]

*Member Pena Muslim Bogor

Please follow and like us:

Tentang Penulis