Umat Islam Butuh Persatuan Politik
Ramai kecaman dan seruan boikot produk asal Prancis di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Seruan tersebut merupakan aksi protes terhadap sikap Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang mengarah kepada Islamophobia. Kecaman dan seruan boikot yang dilakukan kaum muslim ini menandakan bahwa masih ada ghirah di tubuh umat Islam untuk membela Nabi Saw.
Namun perlu kita sadari bahwa kejadian penghinaan terhadap Rasulullah Saw. dan ajaran Islam terus saja berulang. Kaum muslim sendiri menjadikan kecaman dan boikot sebagai senjata andalan untuk menghadapi penghinaan Rasulullah Saw. yang dilakukan oleh kaum kafir. Padahal realitanya, aksi tersebut tak pernah mempan untuk menghentikan penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah Saw.
Mengapa umat Islam hanya mampu untuk terus menerus mengecam dan menyerukan boikot?
Inilah lemahnya umat hari ini, mayoritas tapi tak memiliki kekuatan. Kondisi ini tak lain karena imbas diterapkannya sekulerisme sebagai aturan kehidupan. Sebuah paham yang mengesampingkan agama dan menjunjung tinggi nilai kebebasan. Paham ini pun tegak atas nilai-nilai Barat yang notabene bertentangan dengan Islam. Sehingga wajar kejadian penghinaan terhadap Rasul Saw dan ajaran Islam akan terus terjadi karena dalih kebebasan berekspresi.
Oleh karena itu, untuk menghentikan penghinaan terhadap Islam, tidak cukup hanya dengan memboikot produk negara kafir. Tetapi juga harus diikuti memboikot sistem kehidupannya, yakni sekulerisme. Kemudian berjuang menyatukan umat mewujudkan persatuan politik dibawah kepemimpinan tunggal, yakni Khilafah. Sebagaimana sejarah mencatat, tatkala umat berada dibawah naungan Khilafah, kehormatan Islam dan kaum Muslim berada pada posisi yang disegani dunia. [LM]
Deny Setyoko Wati
(Yogyakarta)