Bijak Menyikapi Kasus Covid-19 di Ijtima Ulama Gowa
Oleh: Umi Diwanti
LensaMediaNews – Gempar kasus positif Corona peserta Ijtima Ulama di Gowa. Pasalnya acara akbar tersebut dilaksanakan dalam kondisi dalam negeri sudah ditulari wabah yang cukup ngeri. Setelah diketahui satu orang alumni Ijtima Ulama positif Corona, pemerintah melakukan pelacakan pada peserta lainnya.
Berita ini juga membuat geger dan banjir komentar. Bahkan sebagian nyinyir dan bernada menghakimi.
Mengadakan acara besar hingga 8.000 peserta di tengah wabah Corona apalagi pesertanya lintas dunia memanglah berbahaya. Apalagi kemudian fakta berbicara, banyak diantara peserta positif Corona. Bahkan di Kaltara satu orang diantaranya meninggal dunia tertanggal 1 April tadi.
Hanya saja, menjadikan apakah tepat jika harus menjadikan salah satu ormas penyelenggara ijtima ulama ini sebagai bulan-bulanan hujatan. Sebagaimana yang disampaikan Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Kalimantan Utara (Kaltara) yang merupakan peserta Ijtima Ulama ada 12 orang (kompas.com, 8/4/2020). Sedangkan untuk skala nasional di Indonesia, jumlah positif Corona menurut cnnindonesia.com (12/11) terdapat 399 kasus.
Demikian pula yang terjadi di Thailand yang diwartakan terdapat 42 orang dari 76 penduduk yang kembali dari kegiatan Ijtima Dunia di Gowa, Sulawesi Selatan, dinyatakan positif virus Corona. Sedangkan kasus Corona di sana menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins, sampai saat ini dilaporkan ada 2.423 kasus (m.cnnindonesia.com, 10/4/2020).
Menjadikan peserta Ijtima Ulama seperti terdakwa utama penyebaran Corona. Sedangkan kasus lainnya yang disebabkan oleh keluar masuknya warga negara selain untuk acara keagamaan tidak dipersoalkan. Hal ini merupakan tindakan yang tidak proporsional jika tidak disertai data yang mendukung dan valid.
Adapun, jika ingin main tuding menuding tentu saja yang harus dituding paling depan masalah ini adalah penguasa negeri ini. Mengapa? Karena kebijakan mereka yang tidak segera menutup akses keluar masuk manusia di tengah pandemi adalah kesalahan terbesar.
Bukankah para peserta itu bisa berduyun-duyun hadir ke Gowa melewati jalanan bukan lewat pintu ajaibnya Doraemon yang tiba-tiba muncul di Gowa. Kemana penjagaan aparat negara saat itu?
Andai saja sejak awal negeri ini berani memutuskan untuk menutup jalan masuk WNA juga perbatasan daerah, bukan saja kasus Gowa, bahkan bisa saja tak ada satu pun warga negeri ini yang terjangkiti wabah.
Tapi itu tidak dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui penguasa negeri ini justru pernah memberikan diskon penerbangan dan promosi pariwisata dalam negeri saat wabah Corona di luar negeri sudah merajalela. Jadi, jika kita masih ingin menyalahkan, maka jangan lupa salahkanlah para pemegang kebijakan.
Adapun pada saudara kita peserta Ijtima Dunia, jika memang mereka salah karena tak melaksanakan hukum syara dalam keadaan wabah melanda. Tentu amar ma’ruf nahi mungkar boleh bahkan harus kita lakukan. Sebab Rasulullah saw pernah bersabda, ” Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu.” (HR Bukhari-Muslim)
Nasihat ini pun kita tujukan untuk semua agar menjadi antisipasi untuk tidak terulangnya kembali kasus Gowa. Dari sini juga kita belajar bahwa Corona bisa menyerang siapa saja. Orang baik atau jahat. Apakah mereka sedang beraktivitas ibadah atau maksiat.
Dengan demikian, semoga tak ada lagi dari kita yang dengan sengaja menantang Corona karena menganggap Corona hanya akan mengenai mereka yang tidak baik. Sebab di zaman sahabat pun pernah terjadi wabah dan banyak sahabat mulia yang wafat karena terserang wabah. Adakah yang berani mengatakan kalau mereka yang terserang wabah kala itu bukan orang baik?
Mari bijak dalam bersikap. Yakni dengan senantiasa menyandarkannya pada syariat Allah swt. Dalam hal apapun dan dalam kondisi apapun.
Wallahu a’ lam bish Showab.
[ry/LM]