Akankah Gaza Jatuh ke Tangan AS


Oleh : Nurjannah Sitanggang

 

 

Lensamedianews.com__ Lebih dari 150.000 orang turun ke jalan di London dalam aksi unjuk rasa solidaritas untuk Palestina. Pawai ini diselenggarakan oleh Palestine Solidarity Campaign (PSC) dan merupakan aksi terbesar pro-Palestina di London sejak 7 Oktober 2023 (Sindonews,16-2-2025).

 

Pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump tentang rencana AS mengambil alih Gaza untuk rekonstruksi dan mengusir warga Palestina ke Mesir dan Yordania seharusnya sudah cukup untuk menyadarkan umat Islam untuk tidak diam atas kondisi Gaza. Usulan AS itu diajukan selama kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington, ketika Trump mengatakan AS dapat mengambil alih Gaza dan membangunnya menjadi “Riviera Timur Tengah”, dengan memukimkan kembali warga Palestina di negara-negara regional.

 

Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya akan mengambil sikap “sangat tegas” terhadap konflik di Jalur Gaza. Sikap tegas AS yang ditunggu dunia sebenarnya adalah keberanian AS membiarkan rakyat Palestina hidup damai di negerinya sendiri dan sekaligus keberaniannya mengusir agresor Yahudi. Akan tetapi justru sebaliknya yang terjadi, AS malah ingin ikut dan terjun langsung mengusir rakyat Palestina dari negerinya. Ini menunjukkan bahwa AS sedang menunjukkan posisinya sebagai negara preman internasional yang selalu bisa mengatur dunia sesuai kemauannya. Padahal sejatinya tanah Palestina adalah milik umat Islam yang harus dijaga oleh umat Islam.

 

Palestina adalah Tanah Umat Islam

Sejarah panjang telah menunjukkan kepada kita bahwa Palestina masuk ke pangkuan kekhilafahan Islam di masa khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu pendeta Soprhonius menyerahkan kunci Baitul Maqdis secara langsung kepada sang Khalifah dengan beberapa syarat yang kita kenal dengan perjanjian Umarriyah.

 

Inti perjanjian ini bahwa Khalifah Umar bin Khathab memberi jaminan keamanan bagi tempat-tempat suci agama dan tempat beribadah. Tidak boleh dirusak sedikitpun dan Yahudi tidak boleh tinggal di Yerusalem. Sejak itu Palestina menjadi bagian dari Khilafah Islam. Lebih dari itu Palestina adalah kiblat pertama umat Islam karena di sana ada masjid Al-Aqsa yaitu masjid suci ketiga bagi umat Islam.

 

 

Diamnya Negeri Islam adalah Penghianatan

Diamnya negeri Islam atas rencana AS untuk mengambil tanah Palestina menunjukkan bahwa tidak ada satupun negara yang mampu melindungi Palestina hari ini. Ini menunjukkan bahwa umat Islam tidak punya perisai yang bisa menghentikan kejahatan musuh-musuhnya. Hingga negara penjajah begitu bebaskan menumpahkan darah dan kehormatan manusia dan mencaplok tanahnya khususnya Yahudi dan Amerika Serikat.

 

Ini juga menunjukkan penghianat besar para pemimpin Arab dan negeri-negeri Islam terhadap Allah dan Rasul-Nya yang membiarkan kejahatan Yahudi terus berlangsung khususnya di Gaza. Padahal Allah memerintahkan umat Islam untuk membantu saudaranya yang sedang diperangi dan dijajah. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 72: Dan jika mereka meminta bantuanmu dalam agama, maka wajib bagi kamu untuk membantu mereka.

 

Umat Islam Satu Tubuh

Hakikatnya umat Islam adalah satu tubuh sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam riwayat Bukhari dan Muslim: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang, belas kasihan, dan kepedulian mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dan demam.”

 

Hanya saja berbagai persoalan dunia termasuk masalah Palestina hanya bisa terwujud ketika umat Islam berada dalam satu institusi pemerintahan yaitu dengan terwujudnya Daulah Islam. Khilafah yang mampu menghentikan kesombongan dan kejahatan negara penjajah yang semena-mena seperti AS dan Yahudi. Khilafah akan menjaga kehormatan, tanah dan darah umat manusia. Terbukti sejak umat Islam tercerai berai, urusan Palestina dan Timur Tengah secara umum selalu bergolak. Sebab negara penjajah telah menjadikan Timur Tengah sebagai kawasan konflik dan rebutan sesuai kepentingan masing-masing.

 

Butuh Khilafah

Imam Taqiyuddin dalam kitabnya Mafahim Siyasi menuliskan bahwa masalah Timur Tengah adalah masalah yang teramat rumit untuk diselesaikan oleh negara besar karena di sana ada Islam, Yahudi, minyak dan tempat strategis. Masalah Timur Tengah ini tidak akan pernah dapat diselesaikan kecuali dengan berdirinya negara Khilafah Islam.

Wallahua’lam

Please follow and like us:

Tentang Penulis