Dengarkanlah Jeritan Anak Palestina
Oleh: Yulia
Lensamedianews__ Peringatan Hari Anak Sedunia dilaksanakan setiap tanggal 20 November. Pada tahun ini UNICEF sebagai organisasi yang memperhatikan anak diseluruh dunia mengusung sebuah tema yaitu “Dengarkan masa depan, dukung hak-hak anak”. Namun sangat disayangkan sikap UNICEF seolah memiliki standar ganda karena teriakan anak-anak Gaza hingga hari ini masih terdengar namun tak ada yang sadar akan teriakan tersebut. Hak-hak anak Gaza kini dirampas bahkan hampir tidak memiliki masa depan karena genosida yang terus terjadi tanpa henti.
Kantor HAM PBB menyatakan bahwa hampir 70% dari korban jiwa yang telah terverifikasi dalam genosida yang terjadi adalah wanita dan anak-anak (Muslimahnews, 22-11-2024). Empat ratus hari lebih telah berlalu namun perang dan genosida masih berlangsung dengan begitu kejamnya. Empat puluh ribu lebih jiwa yang telah syahid namun tidak juga membuka mata dunia akan keadaan tanah Palestina yang harus diselamatkan.
Genosida Israel terhadap Palestina kian brutal. Jumlah korban sekitar 41.200 orang mayoritas perempuan dan anak-anak tewas, termasuk 173 jurnalis. (Tempo.co, 22-11-2024). Berdasarkan data tersebut tidak dapat dipungkiri saat ini tengah terjadi pembantaian secara massal dan ditonton oleh seluruh dunia. Tidak ada yang dapat memberikan pertolongan secara nyata kepada tanah Palestina. Bahkan negeri muslim sekalipun tidak ada yang menurunkan pasukan bersenjatanya. Mereka terikat dengan perjanjian diplomasi serta aturan PBB yang memiliki standar ganda.
Setidaknya 3.100 anak-anak di bawah usia 5 tahun telah tewas di Gaza, dan ribuan lainnya berisiko mengalami malnutrisi berat seiring dengan ancaman kelaparan yang semakin nyata,” (Antaranews.com, 22-11-2024).
Narasi dari Hari Anak Sedunia hanya sebagai omong kosong belaka, karena hal ini tidak berlaku bagi anak-anak Gaza yang membutuhkan perlindungan. Kelaparan hingga mal nutrisi terus bertambah di tanah Palestina. Fakta dan data telah tertera dengan jelas di berbagai media sosial dan situs berita online. Namun semua juga tidak mampu membuka mata, hati, dan pikiran kaum muslimin. Hal tersebut disebabkan oleh sistem kehidupan sekuler yang telah meracuni pemikiran kaum muslimin sehingga enggan untuk memberikan bantuan kepada saudaranya sesama muslim di Palestina. Hanya kecaman demi kecaman yang dapat mereka lakukan.
Islam memandang anak adalah aset berharga bagi negara dalam membangun peradaban gemilang (Muslimahnews, 22-11-2024). Sehingga pemerintahan dalam Islam akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga anak-anak di seluruh penjuru negeri. Anak-anak akan dijaga dalam berbagai aspek seperti kesejahteraan keselamatan, kesehatan, pendidikan dan keamanannya. Maka dari itu Islam memperhatikan secara penuh kebutuhan generasinya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya yang artinya “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kaum muslimin saat ini tidak memiliki perisai tersebut sehingga hal tersebut sangat dibutuhkan oleh umat Islam yaitu perisai yang dapat melindungi kaum muslimin dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
Perjuangan kaum muslimin dunia adalah menyatukan pemikiran dan membuang sekat antar bangsa yang saat ini menjadi permasalahan utama dari dalam tubuh kaum muslimin itu sendiri. Sekat antar bangsa pula yang memunculkan sikap nasionalisme bahkan membuat simpati terhadap sesama saudara muslim menjadi mati. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya yang berarti “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Muslim)
Berdasarkan hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa umat Islam seperti satu tubuh yang seharusnya ketika satu bagian sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya. Namun saat ini tubuh kaum muslimin menjadi mati rasa karena nasionalisme yang telah tertanam kuat dalam kehidupan sekuler yang telah didesain oleh Barat. Sehingga sebegitu sulit untuk membangkitkan kesadaran umat akan penjajahan pemikiran yang tengah terjadi di dalam kaum muslimin.