Bisakah Sistem Kapitalisme Mencetak SDM Tangguh?


Oleh : Diana Kamila
(Mahasiswa STEI Hamfara)

 

LenSa.MediaNews__ Tren kasus bunuh diri di Indonesia bukanlah hal yang aneh di dengar. Bunuh diri sudah menjadi kebiasaan yang terjadi hampir tiap tahun, bulan, bahkan tiap harinya. Baru-baru ini angka suicide rate atau tingkat bunuh diri di Bali ditetapkan menjadi yang paling tinggi di Indonesia. Dikutip dari laman CNN Indonesia, Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menyebut laporan kasus bunuh diri di Bali sepanjang 2023 angkanya mencapai 3,07. Angka tersebut jauh melampaui provinsi-provinsi lain di Tanah air. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati peringkat kedua jumlah tingkat kasus bunuh diri, dengan angka suicide sebesar 1,58.

 

Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), terdapat 287 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang 1 Januari-15 Maret 2024. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bunuh diri. Dari faktor-faktor yang ada, mayoritas berkaitan dengan perasaan stres dan depresi. Diantara penyebabnya ialah; kondisi kesehatan mental, traumatis, mengalami kehilangan atau takut akan kehilangan, keputuasan, keterasingan sosial dan lain sebagainya.

 

Tanpa disadari, angka bunuh diri yang semakin tinggi bukanlah fenomena biasa, melainkan sebuah tren. Peningkatan angka bunuh diri sejatinya menggambarkan lemahnya mental masyarakat saat ini ketika menghadapi berbagai ujian hidup. Ketika seseorang menghadapi masalah hidup yang pelik, bunuh diri menjadi aktualisasi atas keputusasaan menyelesaikan masalah, atau bahkan menganggap bunuh diri sebagai jalan keluar terbaik dari masalah yang ada.

 

Muncul pertanyaaan, mengapa mental masyarakat lemah? Ini bisa dikarenakan cara pandang hidup sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan. Akibatnya masyarakat mengalami krisis identitas dan krisis keimanan. Inilah yang mneyebabkan sesorang mudah depresi, tersulut emosi, stres dan lain sebagainya.

 

Realitas Kehidupan Kapitalisme

Selain dipengaruhi cara pandang yang sekuler, tren bunuh diri juga tidak bisa dipisahkan dari penerapan sistem kapitalisme. Ideologi ini memandang kehidupan harus sejalan dengan visi materialisme. Dimana standar kebahagian hanya diukur berdasarkan perolehan materi. Sedangkan kemuliaan diukur secara fisik, seperti kedududan, jabatan yang tinggi, fisik yang sempurna. Tak heran, masyarakat dipaksa hidup serba hedonistik. Tidak sedikit dari mereka memaksakan diri menjalani hidup yang tidak sepadan dengan finansialnya. Masyarakat tak segan mencari pinjaman online guna memenuhi gaya hidup. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin mahal juga mendorong masyarakat terlibat pinjol bahkan judol. Di tengah himpitan ekonomi pemerintah justru menaikkan harga pangan, mencabut subsidi, menaikkan tarif pajak, biaya kesehatan dan pendidikan serta kebijakan lainnya yang makin menyusahkan masyarakat.

 

Sayangnya pada saat yang sama, negara tidak memberikan solusi apapun kepada rakyat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Inilah realitas hidup di sistem yang jauh dari aturan Sang Pencipta. Manusia bebas membuat aturan sesuai kehendaknya.

 

Mewujudkan SDM Tangguh dan Berkualitas

Islam sebagai sebuah ideologi menegaskan standar kebahagian bukanlah semata-mata dengan perolehan materi, tetapi ada yang jauh lebih tinggi dan mulia, yaitu mengapai ridho Allah Taala. Kehidupan seorang muslim harus senantiasa terikat syariat Islam. Aqidah Islam harus menjadi cara pandang hidup yang menuntunnya dalam menjalani hidup dan berjuta problematik di dalamnya.

 

Ketaqwaan individu menjadi modal besar dan pedoman utama bagi seorang muslim. Hal inilah yang membuat mereka kuat dan tidak gampang goyah ketika diterpa masalah-masalah kehidupan. Di sisi lain, Negara (Khalifah) hadir untuk melindungi dan menjamin kehidupan rakyatnya. Penguasa dalam Islam memahami betul bahwa rakyat adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.
Rasulullah dan para Khulafaurasyidin telah mencontohkan kepemimpinan Islam dengan menerapkan hukum Allah secara kaffah, menjamin kebahagiaan dan kebutuhan mereka, tidak terkecuali kebutuhan asasi/ primer. Khalifah juga harus menanamkan ideologi Islam kepada generasi muslim sehingga lahir sosok-sosok yang berkepribadian Islam dan siap untuk terikat dengan hukum syara, siap mendakwahkan dan memperjuangkannya hingga akhir hayat.

 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. juga bersabda, “Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

Demikianlah Islam mengatasi tren bunuh diri. Penerapan sistem Islam secara kaffah mampu membentuk SDM yang tangguh lagi berkualitas, yang tidak mudah terkena isu mental health. Sebab setiap individu memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba dengan menjadikan Islam sebagai way of life.

 

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis