BTS Meal: Potret Terkini Generasi
Beberapa hari ini, antrian panjang ojol di gerai-gerai Mc Donnals tengah hangat dibicarakan bahkan hingga ke Korea. Antusias yang begitu besar dari para ARMY atau sebutan untuk fans salah satu boyband Korea BTS menyusul diluncurkannya produk makanan baru kolaborasi McD dan BTS menjadi penyebabnya. Para driver ojol pun harus rela antri berjam-jam lamanya demi memenuhi pesanan menu ini. ARMY pun beramai menggalang dana untuk para ojol yang tembus hingga puluhan juta atas jasanya telah bersusah payah demi memenuhi BTS Meal pesanan mereka. Tak berhenti sampai disitu, para ARMY ini pun tak segan menyimpan sebagai koleksi kardus pembungkus makanan dan minuman dari BTS Meal ini.
Kita patut waspada, fakta di atas hanyalah salah satu contoh antusiasme dan loyalitas generasi muda kita yang mayoritas muslimah terhadap K-Pop yang kian hari kian tinggi ternyata telah nyata menimbulkan efek yang tidak baik. Dari mulai uang, waktu, tenaga, pikiran, bahkan usia mereka nyaris seluruhnya didedikasikan untuk idol kesanyangannya. Akibatnya, identisas sebagai muslimah yang taat, santun, juga mulia semakin memudar bagai senja ditelan malam.
Bukan tanpa sebab, lemahnya aqidah Islam, derasnya arus K-Pop yang didukung para kapitalis dengan disertai mudahnya akses internet, serta lemah dan abainya pemerintah dalam melindungi generasi menjadi beberapa faktor utama semakin parahnya mental dan moral generasi. Oleh karena itu, untuk membenahinya diperlukan langkah bersama yang nyata dari semua pihak. Mulai dari orang tua yang harus getol mengingatkan dan menguatkan aqidah anak remajanya, masyarakat dan lingkungan yang juga harus mendukung terciptanya suasana Islami agar ringan dalam membenahi generasi, serta pemerintah dalam skala negara yang mempunyai kewenangan dan kewajiban menutup dan memfilter budaya apapun yang akan masuk ke dalam negeri. Semua itu bisa dilakukan apabila kita sebagai individu, masyarakat serta pemerintah mau menyadari akan betapa pentingnya kembali kepada ajaran Islam agar generasi terselamatkan. Huwallahu’alambishawaab. [Faz]
Mika Sawayaka, Yogyakarta