Kapitalisme Sumber Nestapa bagi Perempuan
Secara global ada 243 juta perempuan dan anak perempuan yang berusia 15-19 tahun yang telah menjadi korban kekerasan seksual. Bahkan ada juga yang mendapat kekerasan fisik. Kejahatan tersebut dilakukan oleh pasangan intim mereka.
Berbagai penderitaan yang dialami perempuan sesungguhnya adalah cerminan cara pandang kehidupan yang tidak memberikan penghargaan dan perlindungan terhadap perempuan. Bahkan perempuan dianggap hanya sebagai komoditas dan obyek.
Kejadian ini jelas menunjukkan relasi yang salah antara laki-laki dan perempuan. Relasi yang salah ini sesungguhnya merupakan cerminan sistem kehidupan yang berlaku di masyarakat saat. Inilah wajah asli sekularisme kapitalisme, sistem hidup yang diterapkan saat ini.
Sekularisme kapitalisme menjanjikan kebebasan perilaku, termasuk dalam relasi antara laki-laki dan perempuan. Karena laki-laki dianggap lebih kuat dan berkuasa, maraklah kekerasan terhadap perempuan.
Di sisi lain, sekularisme kapitalisme menganggap bahwa hidup hanya di dunia saja. Hal ini membuat mereka makin bebas berbuat. Apalagi adanya konsep HAM dalam pandangan mereka.
Selain itu, tidak adanya keyakinan akan kehidupan akhirat membuat mereka bebas memenuhi apa yang diinginkannya. Jadilah perempuan dan anak-anak menjadi korban kekerasan. Apalagi kapitalisme mengusung jargon: siapa yang kuat dialah yang menang. Ini tampak nyata dalam wajah para penguasa saat ini. Mereka menjadikan kekayaan sebagai tujuan, dengan menghalalkan segala cara, bahkan meski dengan merendahkan sesamanya. Posisi mereka sebagai pemimpin justru menjadi sarana untuk memenuhi syahwat kekuasaan.
Bagaimana Islam memuliakan perempuan? Islam memandang perempuan sebagaimana memandang laki-laki. Keduanya adalah manusia ciptaan Allah yang memiliki posisi yang sama di hadapan Allah. Oleh karena itu, Islam memerintahkan untuk menjaga dan memuliakan perempuan. Islam juga mengharuskan negara untuk melindungi setiap rakyatnya, laki-laki maupun perempuan, termasuk menjaga kehormatannya dan mensejahterakannya.
Wallahu’allam bi shawab.
Mariyam Sundari S.Sos.I
[hw/LM]