Rapid Test Antigen Abal-Abal Bikin Rakyat Migren
Oleh : Emmy Emmalya
(Pegiat Literasi)
Lensa Media News – Akhir-akhir ini viral di masyarakat dengan terungkapnya alat rapid test antigen abal-abal di bandara Kualanamu Sumatera Utara. Peristiwa ini sontak membuat masyarakat terkejut karena alat rapid test antigen sangat dibutuhkan untuk bisa mendeteksi seseorang terinfeksi virus Covid-19.
Penggunaan alat antigen bekas ini diperkirakan sudah berjalan sejak 17 Desember 2020. Ada sekitar 9 ribu orang yang sudah menjadi korban. (Okezone, 01/05/21)
Celakanya, yang melakukan tindakan tak terpuji ini adalah oknum petugas Kimia Farma. Hal ini dikecam oleh Menteri BUMN Erick Thohir ketika menanggapi kasus pemalsuan alat rapid test antigen ini.
Menurut Erick, ulah oknum tersebut mengkhianati profesi pelayan publik di bidang kesehatan. Tak hanya itu, dalam kondisi yang serba perihatin dia menyesalkan masih ada orang yang mengambil kesempatan yang merugikan dan membahayakan nyawa orang lain. (Okezone, 29/4/2021)
Menanggapi hal ini jubir Satgas Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah, meminta kepolisian untuk menuntaskan permasalahan ini dan memberikan sanksi yang tegas sehingga memberikan efek jera bagi pelaku.
Luar biasa, di tengah upaya pemutusan rantai penyebaran virus Covid-19 masih saja ada orang-orang yang mengambil keuntungan di atas penderitaan orang lain. Tindak kriminal di tengah pandemi saat ini semakin tumbuh subur karena tidak adanya penjaminan kehidupan dari negara. Rakyat menjadi kalap mata karena kebutuhan setiap hari harus dipenuhi. Akhirnya rakyat menjadi “kreatif” dalam mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun harus dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh syari’at.
Terlepas dari kejahatan oknum tersebut, sebenarnya dengan adanya kejadian ini menjadi tanda bahwa masyarakat sudah putus asa dalam menghadapi situasi pandemi yang tak kunjung usai. Ini adalah sebuah konsekuensi logis ketika kebijakan negara tidak tegas dalam memberantas wabah dari awal. Akibatnya berimbas pada perekonomian rakyat. Akhirnya mereka terpaksa mencari jalan pintas untuk mendapat uang guna menyambung hidup, salah satunya dengan menjual alat rapid tes antigen abal-abal ini.
Ini hanya salah satu yang bisa diungkap, mungkin masih banyak lagi kasus serupa. Hal ini tidak akan bisa diberantas hingga tuntas jika akar permasalahan sesungguhnya tidak diselesaikan terlebih dahulu.
Apa akar masalahnya? Yaitu tidak adanya jaminan dari sistem yang diterapkan saat ini, berupa jaminan untuk mendapatkan pelayanan secara gratis dari negara. Semua berbayar karena dalam sistem ini yang akan bertahan hanya orang yang memiliki kapital alias uang.
Sesuai dengan asas sistem ini adalah Kapitalisme alias dasarnya uang, tidak ada uang tidak akan bergerak begitu kira-kira jargon dari sistem kapitalis. Akibatnya rakyat seakan-akan hidup di tengah hutan belantara yang selalu terancam oleh predator yang siap memangsa siapapun yang lemah dan tak berdaya.
Keadaan ini tidak sebanding dengan sistem Islam, dalam Islam yang menjadi dasar tegaknya sistem adalah untuk pelayanan dan perlindungan, maka semua kebijakannya akan diarahkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya. Sebagai contoh, ketika tertimpa musibah wabah, Islam punya solusi untuk mengatasinya sebelum wabah itu menjadi tak terkendali seperti saat ini.
Ketika awal wabah ditemukan, Negara Islam akan segera melakukan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi virus dan memisahkan dengan orang-orang yang sehat sehingga penyebarannya bisa langsung diminimalisir. Orang yang terkena penyakit akan segera ditangani dan dirawat hingga sehat kembali. Negara pun akan melakukan kebijakan yang ketat di bandara-bandara untuk membatasi mobilisasi keluar masuknya wisatawan luar negeri karena khawatir membawa penyakit. Dengan cara seperti ini maka penyebaran virus akan cepat ditangani dan tidak akan berlarut-larut hingga memakan korban dan kerugian finansial.
Apalagi jika menyangkut nyawa seorang muslim, Islam sangat menghargai satu nyawa orang muslim, sebagaimana hadits dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Dengan demikian, Islam akan menjaga kehidupan manusia sesuai dengan penciptaan manusia itu sendiri berdasarkan petunjuk dari Allah Swt yang termaktub dan Al-Quran dan hadits. Jika upaya penanggulangan wabah sudah dilakukan oleh negara tapi masih ada saja oknum yang melakukan tindak kejahatan maka negara Islam pun akan menindak tegas oknum yang melakukan tindak kriminal semacam ini, dengan menerapkan hukuman yang mengandung efek jera.
Wallahu ‘lam bishowab.
[ra/LM]