Introspeksi di Tengah Bencana Alam Bertubi-tubi
Oleh: Mimin Diya
(Aktivis Muslimah)
Lensa Media News – Duka mendalam amat terasa di berbagai pelosok negeri pada awal tahun 2021 ini. Negeri Zamrud Khatulistiwa sedang dirundung bencana alam yang bertubi-tubi. Mulai dari bencana longsor Sumedang, jatuhnya pesawat Sriwijaya, banjir Kalimantan Selatan, gempa Sulawesi, hingga reaktifnya gunung Semeru dan Merapi. Banyak warga terdampak yang harus bertahan diri di tempat pengungsian.
Di tengah ragam musibah yang terjadi sudah sepantasnya setiap insan melakukan muhasabah. Karena dalam setiap ujian pasti ada hal yang bisa diambil pelajaran. Salah satu hikmahnya, manusia lemah dan terbatas, sementara Allah swt Maha Kuasa dan Maha Berkendak atas segala sesuatu.
“… Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-rad-ayat-11).
Musibah juga bisa menjadi peringatan agar manusia hidup hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dan tidak mencampakkan hukum-hukumNya. Seringnya justru manusia terlena dengan hingar bingar kehidupan dunia yang fana. Hingga lupa bahkan mengabaikan aturan sang pencipta.
Tidak heran jika Allah menyebut dalam ayat : “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” ( QS. Al-Rûm [30]: 41).
Faktanya, bumi yang terbentang dengan segala potensi yang ada di dalamnya tidak diolah sesuai tuntunan dari Allah swt. Misalnya : hutan yang menjadi kepemilikan umum dan harus dilestarikan justru semakin menyusut dan beralih fungsi. Greenpeace Indonesia menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kalimantan Selatan telah kehilangan sekitar 304.225 hektar tutupan hutan sepanjang 2001-2019 (CNN.com, 18/01/2021). Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) juga menyebutkan bahwa tahun 2020 saja terdapat 814 lubang tambang milik 157 perusahaan batu bara yang masih aktif bahkan ditinggal tanpa reklamasi.
Musibah datang juga akibat perbuatan maksiat penduduk di dalamnya. Allah sendiri sebenarnya sudah memberikan pelajaran yang amat berharga dari kisah para nabi dan penduduk negeri terdahulu yang enggan beriman kepada Allah. Seperti kaum Nabi Nuh dan kaum Saba ditimpa banjir, kaum ‘Ad ditimpa angin kencang, kaum Tsamud ditimpa petir, serta kaum Madyan ditimpa gempa dahsyat.
Tidak ketinggalan kezhaliman penguasa juga bisa menjadi sebab datangnya musibah. Betapa Allah akan murka jika hukumnya tidak diterapkan bahkan dicampakkan. Penguasa lebih rela menerapkan aturan buatan manusia. Bisa dilihat bagaimana aturan ekonomi berbasis riba, hukum yang tidak adil, pendidikan sekuler liberal, hingga sistem pemerintahan demokrasi kapitalis yang berasaskan kebebasan tanpa campur tangan Tuhan.
Cukuplah semua ini menjadi aliran dosa investasi bagi semua. Terlampau jauh manusia mensejajarkan dirinya dengan Tuhan dalam membuat aturan. Maka yang datang bukan keberkahan, tapi musibah yang bertubi-tubi, agar manusia kembali kepada jalan yang benar.
“ Tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman, demikian pula perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara lantas masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36).
Sungguh telah diutus seorang Rasul kepada umat manusia di dunia ini dengan membawa risalah yang agung, yakni baginda Rasulullah saw. Alquran yang beliau sampaikan bukan sekadar digunakan untuk pajangan atau sumpah jabatan. Bukan pula dipilah-pilah sebagian ayat untuk diterapkan dan sebagian lagi ditinggalkan. Tetapi untuk diterapkan keseluruhan. Ini adalah perintah Allah swt.
Sungguh balasan Allah berupa karunia dan rahmat akan senantiasa tercurah sebagaimana janjiNya :
” Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96).
Sudah saatnya penguasa dan rakyat bertobat. Memperbanyak istigfar untuk mohon ampun dan kembali ke jalan yang benar-benar diridhai oleh Allah swt agar selamat dunia akhirat. Jalan itu tidak lain adalah jalan Islam. Akan tetapi, Islam tidak akan diterapkan secara kaffah tanpa adanya institusi penegaknya, yakni Khilafah. Maka Umat harus bersatu dalam satu barisan untuk mengembalikan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu’alam bishowab
[LM]