Lockdown Ala Kapitalisme adalah Bunuh Diri Politik
Oleh: Eqhalifha Murad
(Analis Data dan Pemerhati Politik Islam)
Lensa Media News – Kalau tidak untung ya pasti buntung, begitulah kira-kira cara pikir pengelola negeri ini saat ini, walaupun sedang dilanda wabah penyakit. Seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, 18/03/2020.
Berita ini menyebutkan keengganan pemerintah menetapkan kebijakan lockdown dan hanya mengimbau masyarakat untuk melakukan social distancing. Belum dijadikan lockdown sebagai solusi dalam menangani wabah oleh pemerintah ditengarai oleh beberapa hal berikut:
Pertama, pemerintah lebih mengutamakan isu stabilitas ekonomi dibanding keselamatan masyarakat. Kedua, menurut pemerintah, lockdown akan berdampak kepada ekonomi dan politik. Masyarakat kelas menengah kebawah akan kesulitan memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Adapun video yang viral tentang berita mengenai pidato menteri luar negeri hanya sebatas pengumuman kebijakan baru terkait perlintasan orang dari dan ke Indonesia. Bukan penghentian perlintasan orang keluar masuk Indonesia.
Bukan malah difasilitasi dengan kemudahan pengurusan dokumen perjalanan bagi warga negara Indonesia untuk pulang ke tanah air berhubung negara tempatnya berada akan memberlakukan lockdown. Khawatir tidak bisa pulang ke Indonesia karena sewaktu-waktu bandara di negara-negara tersebut akan ditutup.
Ketiga, krisis ekonomi akan menimbulkan berbagai masalah susulan, pergolakan masyarakat dimana-mana yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dikhawatirkan hal ini akan disusupi oleh orang-orang atau kelompok yang akan memanfaatkan kesempatan untuk menggulingkan kekuasaan pemerintah saat ini. Chaos akan segera terjadi, penjarahan dan anarkisme akan terjadi di mana-mana. Seperti yang pernah terjadi ketika Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997.
Fenomena pemerintah yang anti lockdown ini telah mengkonfirmasikan kepada kita beberapa hal bahwa: pertama, pemerintah lebih menempatkan perhatian terhadap stabilitas ekonomi di atas keamanan serta keselamatan masyarakat. Kedua, keselamatan rakyat hanya slogan pemerintah, diantara viralnya pernyataan bahwa keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.
Ketiga, berbicara tentang keamanan dan pertahanan negara yang terancam jika lockdown dilakukan telah memproyeksikan paradigma berpikir kapitalisme sekuler yang takut akan kehilangan kekuasaan. Keempat, negara bukannya tidak mampu untuk mengeluarkan kebijakan lockdown, akan tetapi tidak mau.
Pemerintah cenderung gamang, menutupi situasi yang sesungguhnya. Menghadapi ancaman musuh yang tidak kelihatan saja sudah kewalahan, apatah lagi musuh yang didepan mata. Bukannya dipukul mundur malah dirangkul sehingga menginfeksi semua sendi kehidupan. Sehingga tidak mengherankan fenomena ganjil dalam mengambil solusi pamungkas diwarnai oleh virus sekuler, yakni musuh nyata dalam kehidupan yang harus segera dilikuidasi dari muka bumi.
Lockdown Ala Rasulullah
Islam dan perangkat syari’ahnya telah mengatur sedemikian rupa, menetapkan dan menerapkan prinsip-prinsip dasar yang harus dilakukan ketika terjadi wabah penyakit disuatu wilayah. Perlintasan orang keluar masuk akan ditutup dan benar-benar dijalankan dengan penuh kesadaran.
Ini pernah terbukti dan diterapkan sepanjang masa peradaban Islam. Negara memenuhi segala kebutuhan pokok rakyatnya baik dalam keadaan normal apalagi ketika wabah. Seruan untuk tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain benar-benar dipahami sebagai wujud ketaatan kepada Yang Maha Pencipta Segala.
Pemimpin ini sadar betul bahwa hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dari pada hilangnya nyawa seorang muslim tanpa hak. Islam mengajarkan kepada umat agar mampu bertahan dalam situasi apapun, baik situasi normal, wabah bahkan perang sekalipun.
Fenomena ini akan terlihat apabila Islam menjadi landasan berpikir dalam mengatasi segala persoalan dan menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya. Jika tidak, fenomena kapitalisme akan lebih kental mewarnai setiap kebijakan yang berazaskan manfaat dan materi, keuntungan diatas penderitaan orang lain. Kemudian akan kembali berbalik menghancurkan kapitalisme itu sendiri karena ini juga merupakan skenario dari Yang Maha Menciptakan Segala Sesuatu termasuk yang menciptakan wabah ini.
Makar Allah telah bekerja menghancurkan pilar-pilar ekonomi seluruh negara kapitalis dunia. Tak terkecuali Amerika, sang dedengkot negara pengusung kapitalisme sekuler ,yang menghembuskan virus Islamophobia kepada dunia termasuk dunia Islam.
Kita akan lihat bagaimana kapitalisme akan membunuh dirinya sendiri, apakah dengan metode senjata makan tuan atau meletakkan bahkan menyerahkan senjata secara damai. Karena sesungguhnya perang terhadap musuh yang tidak kasat mata sudah dan tengah berlangsung. Dan itu telah cukup membuat kapitalisme mempertontonkan kepada dunia saat ini tentang kegagalannya sejauh ini dalam menangani wabah dan menyelamatkan umat manusia dan peradabannya.
Wallahu’alam bish showab.
[ry/LM]