Setiap tahun pada 8 Maret diperingati sebagai International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional yang diresmikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sejak 1977. Hari itu untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia (Jakarta, Inews.id).

Kesempatan itu digunakan sebagai momentum untuk menyuarakan polemik perempuan. Dalam aktivitasnya, mereka kerap menuntut adanya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, khususnya di bidang sistem perlindungan sosial, akses ke layanan publik dan infrastruktur berkelanjutan.

Hal ini menjadi ambisi bagi para penggiat feminisme untuk menjadikan perempuan sebagai sosok superior. Mereka meyakini bahwa kaum perempuan bisa setara dengan laki-laki dalam segala aspek kehidupan tanpa memperhatikan fitrah dan kodratnya.

Apa yang dibawa kaum feminis ini jelas tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Islam. Jika kita amati pemikiran feminisme, justru tertinggal jauh dengan cara Islam memperlakukan perempuan. Terbukti bagaimana Islam mampu mengangkat derajat perempuan pada zaman jahiliyah di Arab yang saat itu menganggap wanita lemah dan rendah.

Allah SWT memposisikan wanita dengan penuh kehormatan dan kemuliaan. Di tangan para wanita-lah tonggak keberhasilan sebuah peradaban akan terwujud, karena mereka adalah ibu bagi generasi pembaharuan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan para wanita untuk menjadi ummu warabatul bait (ibu pengatur rumah) dan al-ummu madrasatul ula (ibu sebagai pendidik pertama).

Posisi yang Allah berikan inilah yang menjadikan perempuan wajib untuk menuntut ilmu dan memiliki keterampilan yang tinggi untuk menunjung tugas yang Allah berikan tersebut. Peran wanita sebagi ibu jugalah yang menjadikan wanita dianugerahi kemulian terbesar yang diberikan Allah. Rasulullah Saw. pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang,
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik? Beliau berkata, ibumu. Laki-laki itu kembali bertanya, Kemudian siapa?. Beliau menjawab, ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi, Kemudian siapa?. Beliau menjawab, ibumu. Kemudian siapa? tanyanya lagi. Kemudian ayahmu, jawab beliau” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447).

Oleh karena itu, jika feminisme menyuarakan posisi perempuan yang dapat bersaing dan menjadi lawan laki-laki, Islam sebagai agama yang logis dan sesuai fitrah justru menjadikan perempuan mulia dengan posisinya. Islam memberikan hak dan kehormatan pada perempuan, bukan sekedar kebebasan semu belaka.

 

Nurul Latifah

 

[ah/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis