Oleh: Ria Asmara

 

 

LensaMediaNews— Pasien positif covid-19 di Indonesia terus bertambah. Rabu, 18 Maret 2020, jumlah penderita positif Covid-19 meningkat menjadi 227 orang. Ini artinya, ada peningkatan sejumlah 110 orang dari sehari sebelumnya yang hanya tercatat 172 orang.

 

Tentu ini cukup mengkhawatirkan. Mengingat kerumunan masih terus terjadi di mana-mana. Kondisi ini menuntut upaya serius dari pemerintah. Agar penyebaran Covid-19 bisa dihambat dan dihentikan.

 

Saat ini, pemerintah tengah berupaya mengurangi kerumunan. Di antaranya adalah dengan meliburkan sekolah-sekolah dan menutup beberapa tempat wisata. Namun, di tengah upaya tersebut, beredar kabar bahwa ada 49 TKA asal Cina masuk ke Indonesia. Mereka tiba di Bandara Haluoleo Kendari pada Minggu (15/03/2020).

 

Kepala Kantor Perwakilan Kemenkumham Sultra, Sofyan, kepada wartawan, Senin malam (16/3), mengatakan bahwa para TKA itu adalah TKA baru yang berangkat dari China, transit ke Thailand, sebelum akhirnya tiba di Indonesia. (m.kumparan.com, 16/03/2020)

 

Selain itu, Jumat, 13 Maret 2020 kapal pesiar MV Colombus yang mengangkut sebanyak 1.044 wisatawan mancanegara juga bersandar di dermaga pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah.

 

Menurut keterangan Supervisor Nusantara Tour Maria, sebagian besar wisatawan mancanegara itu berasal dari Kanada, Amerika, Inggris, Jerman, Belanda dan Australia. Rencananya mereka akan berkunjung ke Borobudur, Semarang City Tour, Ambarawa dan Mesastila Resort. (kompas.com, 13/03/2020)

 

Masih bebasnya orang asing masuk ke Indonesia ini, tentu melukai hati rakyat. Di satu sisi rakyat sedang membatasi gerak. Mengisolasi diri di rumah masing-masing melawan Covid-19. Namun di sisi lain, orang asing masih leluasa masuk ke negeri ini.

 

Maka bisa dipahami jika sejumlah kalangan menyerukan agar pemerintah melakukan lockdown. Hal itu bahkan sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter pada Sabtu (14/3/2020). Kebijakan lockdown ini diharapkan mampu mengurangi resiko masuknya Covid-19 dari luar negeri. Namun, kebijakan ini sepertinya belum menjadi pilihan pemerintah.

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa kebijakan untuk melakukan lockdown tidak boleh dilakukan pemerintah daerah. Hanya pemerintah pusat yang boleh memutuskan hal tersebut berkenaan dengan pandemi virus corona (Covid-19). (cnnindonesia.com, 16/03/2020)

 

Hal ini berbeda dengan apa yang diperintahkan Rasululullah SAW. Rasulullah memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah. Dan sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar. Ini artinya, Rasullullah melakukan karantina (lockdown) saat wabah terjadi.

 

Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)

 

Kemudian, di masa Khalifah Umar bin Khatthab, kaum muslim pun pernah mengalami wabah Tha’un Amwas. Waktu itu sekitar 20 ribu orang wafat. Jumlah korban terhiting sangat besar, hampir separuh penduduk Syam ketika itu.

Umar bin Khatthab meminta pendapat Amr bin Ash ra yang sangat cerdas. Amr bin Ash menyarankan untuk memisahkan interaksi. Kemudian kaum muslimin berpencar dan menempati gunung-gunung. Akhirnya, wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar.

Dari sikap orang-orang terbaik ini, maka di tengah perang melawan Covid-19, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mengambil pelajaran bahwa kebijakan karantina (lockdown) dan pembatasan interaksi (social distancing) adalah solusi.

 

Namun, kebijakan negara saja tidak cukup. Di sini dituntut peran rakyat. Hendaknya rakyat memiliki pemahaman, standar dan keyakinan yang sama dengan negara. Mudah diatur.

 

Agar rakyat mudah diatur, tentu negara juga harus pro rakyat. Tidak melukai hati rakyat. Tidak diskrimintatif. Sehingga negara betul-betul kuat. Karena didukung oleh kekuatan rakyat. Itulah yang terjadi di masa kejayaan Islam. Wabah berhasil dilalui oleh kaum Muslim, karena saat kondisi krisis, umat berdiri menjadi penjaga dan penopang utama kekuasaan negara.

 

Kedua, bersabar. Karena Rasulullah SAW bersabda: “Tha’un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin. Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap di kampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid.” (HR. Bukhari dan Ahmad). Wallahu a’lam bishawab. [El-LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis