Penderitaan Umat Tanpa Pelindung
Media sosial akhir-akhir ini ramai digemparkan dengan kezaliman yang menimpa sodara muslim kita di Uighur. Suku Uighur, muslim etnis Turki yang tinggal di Provinsi Xinjiang China ditindas dizalimi oleh pemerintahan China.
Satu juta warga Uighur dan kelompok muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang dalam kamp redukasi. Ditahan tanpa sebab dan kesalahan, mereka didoktrin disekap dan disiksa. Seperti yang dilansir oleh BBC news, 24/12/19. Dokumen-dokumen pemerintah China yang bocor yang diberi label ICIJ “The China Cables” termasuk memo sembilan halaman yang dikirim pada 2017 oleh Zhu Hailun yang saat itu wakil sekretaris partai komunis Xinjiang dan pejabat keamanan top kawasan itu, kepada mereka yang menjalankan kamp-kamp.
Mengapa dunia seolah menutup mata dan pemimpin negeri Islam pun bungkam tanpa kecaman? Hegemoni China atas negeri-negeri Islam disinyalir menjadikan pemimpin dunia tak berkutik. Bantuan dalam bentuk hutang yang di gelontorkan pada sejumlah negara berkembang membuat China di atas angin. Hal inilah yang membuat banyak negara tak mampu bersuara mengecam kebiadaban pemerintah China atas muslim Uighur.
Beginilah nasib umat Islam tanpa satu kepemimpinan. Ketiadaan pelindung membuat umat Islam tidak bisa melaksanakan hukum-hukum Allah secara sempurna dan umat Islam di atur berdasarkan hukum kufur yaitu kapitalis sekuler. Ketiadaan pelindung juga mengancam aqidah umat, HAM dijadikan Tuhan baru pengganti hukum-hukum Allah. Hukum Allah ditelantarkan, umat Islam terpecah belah. Ketiadaan pelindung membuat nyawa umat Islam begitu murah dihadapan negara- negara imperialis.
Dalam Islam nyawa seorang muslim sangat berharga. Bahkan menyakitinya pun mendapat balasan yang setimpal. Apalagi sampai menghilangkan nyawa, sungguh merupakan kejahatan besar. Umat Islam tidak akan mampu menolong saudara seagamanya yang ditindas tanpa adanya seorang khalifah. Yaitu seorang pemimpin Islam dalam daulah khilafah islamiyah yang mampu menjadi perisai bagi umat, seperti halnya dahulu pernah berjaya selama 13 abad. [RA/LM]
Oleh: Lilieh Solihah