Persatuan Umat Islam, Kunci Kebangkitan
Oleh: Silvi Ummu Azyan*
LensaMediaNews— Pasca kekhilafahan Turki runtuh tahun 1924, perisai persatuan umat telah hancur. Kekuasaan yang merajai 2/3 dunia hanya tinggal nama saja. Kolonialisme Inggris dan Perancis memecahnya menjadi 50-an negara-negara kecil atas nama nasionalisme. Bagi kolonialis barat, penghancuran khilafah tidaklah cukup. Mereka ingin memastikan bahwa khilafah tidak akan bangkit lagi. Khilafah dikerat-kerat menjadi negara-negara kecil yang lemah, miskin. Diterapkan sistem demokrasi yang melegalkan penjajahan dengan kekuatan undang-undang. Sehingga negara Islam saling bermusuhan, tidak memahami sebagai saudara, bahkan mereka menjadikan penjajah barat sebagai sekutunya.
Gaza membara untuk kesekian kalinya. Kehormatan kaum muslimin kembali tercoreng. Tak terhitung lagi korban nyawa. Penguasa negeri muslim pun tak kuasa untuk membendungnya. Umat Islam benar-benar mengalami krisis identitas muslim. Sekat nasionalisme telah melanggengkan sekulerisme tanpa batas. Muslim Uighur tertindas hingga genosida yang tak berprikemanusiaan. Rohingnya pun tidak jauh berbeda, mengenaskan. Begitu juga dengan minoritas muslim diberbagai negeri yang lain.
Krisis multidimensi melanda seluruh negeri muslim, termasuk Indonesia tercinta. Meskipun tercatat sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dunia, namun mayoritas ini tidak menjamin mampu memperlihatkan Identitas kaum muslimin. Karena tidak bisa dinafikkan lagi penerapan kapitalisme telah mendominasi kehidupan kaum muslimin. Sehingga semakin melemahkan pemikiran umat. Sementara orang-orang liberal menjadi duta dalam sistem ini. Di sisi lain umat Islam dibawa larut dalam Islamophobia. Antara lain menolak pemikiran sosial dan politik Islam dan meninggalkan pemikiran Islam. Selain itu, stigmatisasi negatif akan Islam kaffah terus digencarkan, sehingga tercipta suasana ketakutan pada umat Islam.
Konspirasi kafir senantiasa terus menghalangi kebangkitan Islam. Cara yang ditempuh sama persis dengan bagaimana dulu mereka meruntuhkan khilafah di masa lalu. Yaitu menjauhkan pemuda muslim dari Ideologi Islam. Salah satunya dengan mendukung kelompok modernis dalam kurikulum Islam. Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis.
Solusi dari berbagai permasalahan yang menimpa umat Islam adalah dengan menegakkan khilafah Islam. Semua ini bisa tercapai apabila umat Islam meyakini dengan kekuatan iman akan kepastian bisyarah Rasulullah. Maka secara otomatis hal ini akan memperkuat persatuan negeri-negeri muslim. Kemudian, dakwah harus terus digencarkan, agar umat memiliki kesadaran politik menuntut perubahan ke arah Islam. Tentunya didukung oleh ahlul quwah (Polisi, militer, politisi, orang kaya, tokoh masyarakat, mubalighah, dsb) yang mendukung perjuangan penegakan syari’ah dan khilafah.
Allah berfirman, “Dan barang siapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkanya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha: 124)
Khilafah tidak mungkin mengancam dan membahayakan umat manusia. Tetapi justru akan menjadi solusi bagi seluruh persoalan yang menimpa umat manusia. Dengan khilafah akan terwujud kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin dunia. Sehingga tidak ada lagi krisis multidimensi di negeri-negeri muslim. Dan hanya dengan khilafah, Islam dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dan akan diemban ke seluruh dunia dengan jihad fisabilillah. (RA)
*Member Pena Muslimah Bogor