Mengukir Cinta Tanpa Syarat Melalui Maulid Nabi SAW
Oleh: Iiv Febriana
(Komunitas Muslimah Rindu Syariat, Sidoarjo)
LensaMediaNews – Kelahiran Muhammad SAW tentu tidaklah bermakna apa-apa seandainya beliau tidak diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah, yang bertugas untuk menyampaikan wahyu Sang Pencipta kepada umat manusia. Sehingga mengenang momentum kelahiran Nabi saw tentu sangatlah penting sebagai upaya memfokuskan kembali perhatian kita pada sosok manusia yang paling berjasa sepanjang peradaban.
Sungguh dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri teladan dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Allah SWT berfirman:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir serta banyak menyebut Allah “ (TQS al-Ahzab [33]: 21).
Maka dari itu, kita harus total menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan dan suri teladan dalam segala aspek, baik dalam aspek individu, keluarga maupun negara, kecuali tentu saja hal-hal yang menjadi kekhususan bagi beliau saja (khawâsh al-Rasûl) sebagaimana diterangkan oleh para ulama ushul.
Cinta Menuntut Totalitas
Cinta kepada Rasulullah SAW tentu bukan sekadar ucapan di lisan. Cinta kepada beliau harus dibuktikan dengan ketaatan pada risalah yang beliau bawa, yakni syariah Islam. Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS Ali Imran [3] : 31)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan menyatakan: Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa siapa saja yang mengakui cinta kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad SAW, maka ia berdusta sampai ia mengikuti syariah Muhammad secara keseluruhan. Dengan kata lain pernyataan cinta kepada Baginda Rasulullah SAW akan bertolak belakang jika kita malah mengambil jalan hidup selain Islam.
Sungguh tidak patut seorang Muslim yang mengaku mahabbah (cinta) kepada Baginda Nabi SAW dengan membelakangi syariah yang beliau bawa. Padahal ketaatan pada syariah Islam adalah bukti hakiki cinta kepada Nabi SAW
Haram Menentang Syariah Islam
Menentang syariah Islam yang nyata-nyata dibawa oleh Rasulullah SAW adalah tindakan haram dan tentu membuktikan ketidakcintaan kepada beliau. Allah SWT berfirman:
“Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkan dirinya ke dalam api neraka dan dia kekal di dalamnya. Bagi dia siksaan yang menghinakan.” (TQS an-Nisa’ [4]: 14)
Sayang, kenyataannya sekarang, jangankan bicara syariah Islam, simbol-simbol Islam pun dijauhi bahkan dimusuhi. Ar-Raya dan Al-Liwa, misalnya, yang merupakan bendera Rasulullah SAW sempat dilarang, disita dan dituding sebagai simbol terorisme. Belum lagi ajarannya di monsterisasi dan para ulamanya yang mengajak pada Islam totalitas malah dikriminalisasi. Akhirnya umat semakin alergi dan phobia dengan agamanya sendiri.
Menerapkan syariah Islam secara kâffah tentu merupakan bukti hakiki cinta kita kepada Nabi SAW. Apalagi Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam warisan beliau yang akan memelihara urusan kaum Muslim sepeninggal beliau. Beliau mengingatkan:
“Dulu Bani Israil diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, dia akan digantikan oleh nabi yang lain. Sungguh tidak ada nabi setelah aku. Yang akan ada adalah para khalifah sehingga jumlah mereka banyak.” (HR Muslim)
Jika Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan yang jelas, tetapi kemudian kita mengambil jalan yang lain, masih pantaskah kita mengklaim cinta kepada Rasulullah saw. atau justru mengkhianati beliau? Allah SWT berfirman:
“Siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bagi dirinya, lalu dia mengikuti jalan yang bukan jalan kaum Mukmin, niscaya Kami membiarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dia kuasai itu dan Kami memasukkan dia ke dalam Jahanam. Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali” (TQS an-Nisa’ [4]: 115)
Wallahu a’lam bish showab.
[ry/LM]