Ibu, Jangan Kau Jual Aku
Oleh : Zhiya Kelana, S.Kom
(Aktivis Muslimah Aceh)
Lensa Media News- Betapa malangnya nasib gadis belia ini, yang harusnya mendapatkan kasih sayang dari ibunya dan pelindung, malah sebaliknya dirinya menjadi korban dari kejahatan ibunya yang entah setan apa merasukinya. Hingga tega mengantarkan buah hatinya untuk dilecehkan oleh seorang kepala sekolahnya sendiri yang berinisial J (41) yang juga seorang PNS di kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E menyetujui pencabulan ini dengan kedok penyucian diri. Hal ini sudah berulang kali terjadi, dan saat ini korban sedang mengalami trauma Psikis.
“Pelaku yang merupakan Kepala Sekolah Dasar, diamankan anggota Resmob Polres Sumenep pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2024 sekitar pukul 15.00 WIB, di Rumahnya, Desa Kalianget Timur,” kata Widiarti, Jum’at (30/8).
Atas perbuatannya, J dijerat Pasal 81 ayat (3) (2) (1), 82 ayat (2) (1) UU RI No. 17 Tahun 2016 perubahan atas UU No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. (Kumparan.com, 01-09-2024).
Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya, dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat. Dibawah sistem yang rusak harga diripun tergadaikan.
Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan, khususnya sistem pendidikan juga sistem sanksi. Dan hari ini masih bisa dibuktikan bahwa sistem sanksi tak mampu mencegah pelecehan seksual ini. Termasuk mereka adalah korban dari kebebasan yang diagungkan oleh sistem ini. Karena itu harusnya kita sadar bahwa sistem ini harus segera diganti ke sistem yang lebih baik yaitu Islam.
Islam bukanlah hanya sebuah agama namun juga sistem dimana aturannya ditetapkan berdasarkan al-qur’an dan sunnah. Dan Islam juga telah menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. Islam juga menyediakan adanya supporting sistem di tempat kerja.
Kesempurnaan sistem Islam tampak dari Sistem Pendidikan yang membentuk kepribadian islam, sistem sanksi dan juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebaikan, ketaatan dan keberkahan Allah. Maka tidak heran jika kita temui pada masanya ada seorang anak yang sangat berbakti seperti Uwais Al-Qarni, ini adalah bentuk dari kepribadiannya Islam yang berhasil ditanamkan.
Islam juga mewajibkan negara agar mampu menjaga fitrah ibu, dan anak juga manusia semuanya. Dalam Islam ibu tidak dibebankan untuk bekerja karena tugasnya cukup hanya mendidik anak saja dan melayani suaminya, jika suaminya mampu maka untuk tugas rumahannya bisa dibantu dengan menyewa jasa pembantu juga. Sehingga kewarasan ibu tetap terjaga, tidak mengalami stress, dll.
Dan tugas suami adalah mencari nafkah, melindungi serta mendidik anak istrinya. Para ayah pun tidak akan disibukkan dengan pekerjaannya sehingga melupakan tugas utamanya. Yang kemudian negara pun ikut membantu dengan membuka lapangan kerja, dengan upah terbaik dan tidak menyita semua waktunya. Seperti hadist dibawah ini dimana Rasulullah SAW bersabda;
“Siapa yang mempunyai tiga anak perempuan, kemudian ia bersabar terhadap mereka, dengan memberi mereka makan, memberi mereka minum, dan memberi mereka pakaian dari jerih payahnya, niscaya mereka itu akan menjadi penjaga baginya dari api neraka pada hari kiamat.” (HR Ahmad dan lainnya). Wallahu ’alam
[LM/nr]